Translate

Jumat, 01 Maret 2013

Pengembangan Organisasi (hakekat)


HAKEKAT ORGANIZATION DEVELOPMENT

Oleh: Wahyu Purhantara


Berangkat dari pengertian kewirausahaan, dimana core entrepreneurship berada pada nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi, maka hakekat dari organization development based entrepreneurial spirit (ODES) adalah:
1.      Kemampuan merumuskan tujuan hidup/ usaha. Tujuan organisasi jangka panjang yang tercermin dalam visi, misi, dan tujuan strategis harus mampu membumi, sehingga seluruh anggota organisasi mampu mencerna dan merealisasikannya. Untuk itu tujuan hidup/ usaha perlu dikaji, dikoreksi, dan diamati secara terus menerussecara periodik. Rumusan tujuan organisasi haruslah mempertimbangkan factor-faktor: potensi, kapasitas, kompetensi organisasi; kelemahan dan kekuatan organisasi; peluang pasar, kesan pasar, dan tingkat daya serap pasar; serta faktor risiko yang mungkin timbul.
2.      Kemampuan memotivasi diri untuk melahirkan suatu tekad. Motivasi untuk maju, berkembang, dan memiliki daya beda dengan organisasi lain senantiasa melekat pada diri anggota organisasi. Kemampuan ini perlu mendapat dukungan dari manajemen, sehingga kemauan anggota organisasi mampu ditangkap dan disalurkan melalui kran-kran yang memadahi, sehingga motivasi ini dapat menjadi tekad bagi organisasi untuk selalu merespon adanya perubahan.
3.      Kemampuan untuk berinisiatif yaitu kemampuan mengerjakan sesuatu tanpa menunggu perintah dari orang lain. Pola pembentukan kemampuan ini didasarkan atas budaya yang diberlakukan di organisasi. Sebagai contoh, organisasi yang memberlakukan budaya kepada setiap anggotanya untuk selalu berinisiatif di dalam mensikapi segala perubahan. Bagi mereka yang memiliki inisiatif dan bermanfaat untuk pertumbuhan organisasi, mereka diberi reward. Mereka adalah orang-orang yang brilian dan menjadi aset berharga bagi organisasi.
4.      Kebiasaan berinisiatif yang melahirkan kreativitas organisasi. Kemampuan ini dijalankan secara berulang-ulang, sehingga hal itu menimbulkan motivasi dan menjadi bagian dari hidup organisasi. Budaya intrapreneurship sengaja ditumbuhkan di organisasi untuk melatih dan membiasakan diri agar anggotanya memiliki daya inisiatif yang kuat.
5.      Kemampuan menciptakan modal uang atau barang modal. Meskipun modal bukanlah yang utama bagi entreprneurial organization, namun inti dari penyataan ini adalah bagaimana cara organisasi mampu mendatangkan investor untuk tertarik dan bergabung di dalamnya. Artinya, organisasi mampu menciptakan peluang bagi investor untuk menanamkan modalnya di bisnis yang dikelola organisasi. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara: pertama, organisasi memiliki tingkat pertumbuhan return yang menarik bagi investor. Kedua, organisasi memiliki prospek tumbuh dan berkembang di masa depan dengan ditunjukan melalui potensi, kompetensi, dan nilai keunggulan budaya organisasi yang responsif terhadap perubahan. Ketiga, organisasi memiliki keunggulan produk yang diminati pelanggan pelanggan berkat kreatifitas dan inovasinya.
6.      Kemampuan mental yang dilandasi oleh agama. Bagi ODES, terdapat dua hal yang perlu dikemukakan. Pertama, cara mengembangkan organisasi berwawasan keagamaan, yaitu cara dan metode ODES harus mengacu pada tuntunan yang diajarkan agama. Bukan menghalalkan segala cara untuk meraih harapan organisasi. Kedua, menerima hasil kerja dengan rasa syukur. Setiap orang atau organisasi wajib berikhtiar untuk menggapai tujuan strategisnya, namun hasil dari ikhtiar itu diserahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Semua hasil yang dikehendaki manusia adalah kuasa-Nya. Oleh karenanya, berserah diri kepada Tuhan merupakan cermin manusia yang bertaqwa, sehingga organisasi dan anggotanya akan menerima segala hasil dari jerih payahnya dengan rasa syukur. Rasa syukur atas kinerja organisasi adalah wujud dari sikap berserah diri atas titah-Nya. Manusia, organisasi wajib berusaha mengembangkan diri, namun Tuhanlah yang menentukan segalanya.
7.      Kebiasaan diri dalam mengambil hikmah. Setiap peristiwa pasti mengandung hikmah, dan hanya orang-orang yang cerdas saja yang mampu mengkaji dan mengurai peristiwa menjadi hikmah. Demikian pula halnya, setiap peristiwa di organisasi pasti akan memberi hikmah kepada organisasi itu sendiri dan kepada anggotanya. Kebiasaan untuk merefleksikan diri terhadap suatu kejadian menjadi pangkal dari cara mengambil hikmah. Manfaatnya adalah organisasi dan anggotanya tidak mengulang kembali atas kelalaian dan tindakan yang tidak cerdas, sehingga manajemen dapat menjalankan fungsinya (planning, organizing, actuating, and controlling) secara baik. Keledai saja tidak ingin terantuk batu yang sama, maka manusia yang cerdas tentu tidak ingin mengulang sejarah yang sama.

Hakekat ODES tersebut di atas sangat bermanfaat pada proses transformasi nilai dan semangat kewirausahaan yang digulirkan untuk mengembangkan organisasi. Pasa saat ini, dimana proses perubahan berlangsung secara dinamis dan tidak mengenal waktu dan tempat, organisasi sangat membutuhkan orang-orang yang memiliki jiwa dan semangat entrepreneurship yang tinggi. Artinya, melalui tangan-tangan anggota organisasi yang cerdas, kreatif, inovatif, bernai menghadapi risiko, proses transformasi dapat secara cepat dan mudah dikerjakan. Mereka telah terbiasa bekerja keras dan mensikapi perubahan. Bagi mereka, perubahan bagian dari hidupnya. Perubahan sengaja dilahirkan darinya, bukan hidup dengan menunggu perubahan. Mereka lebih menyukai melakukan aksi perubahan, dari pada bereaksi menghadapi perubahan (agents of change).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar