MENG-UP DATE KOMPETENSI ORGANISASI
Oleh: Wahyu Purhantara
Kompetensi organisasi senantiasa di-up
date dengan mempergunakan berbagai macam pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sebagai
sarana learn business skills. Pembelajaran
ini merupakan upaya organisasi untuk merubah diri dengan menyesuaikan proses
perubahan lingkungan bisnis. Upaya
mengembangkan organisasi
dapat menemui kegagalan
yang bukan dikarenakan oleh kepercayaan, perasaan dan persepsi orang, tetapi dapat
disebabkan oleh
tujuan bisnis,
struktur organisasi dan
sistem operasi
organisasi yang tidak peka terhadap perubahan lingkungan. Untuk itu, fokus ODES adalah
bagaimana kompetensi organisasi dapat selalu ditingkatkan (improvement continuosly)
untuk mengubah, membantu anggota organisasi mengatasi
resistensi terhadap perubahan, dengan mempertimbangkan
masa depan bisnis.
Kompetensi inti organisasi adalah sumber daya dan kapabilitas yang menjadi sumber
daya keunggulan kompetitif bagi perusahaan, dan melebihi
para pesaingnya. Kompetensi inti muncul setiap waktu melalui proses organisasi,
yaitu dengan mengakumulasi dan mempelajari: bagaimana menggunakan sumber daya
dan kapabilitas organisasi. Tidak semua sumber
daya dan kapabilitas perusahaan menjadi sumber keunggulan kompetitif
perusahaan. Hanya beberapa sumber daya
dan kapabilitas yang tidak kompeten, karena hal itu tidak memiliki nilai
keunggulan disbanding pesaingnya.
Kompetensi inti organisasi selalu di-up date bertujuan: pertama, untuk menetapkan core
business organisasi dan tetap eksis di core
business-nya. Kedua, untuk
membangun keunggulan kompetitif organisasi. Keunggulan kompetitif yang
memiliki daya tahan terhadap terpaan
persaingan ketika para pesaing
telah berusaha dan tidak berhasil menduplikasi manfaat-manfaat
dari strategi organisasi/ perusahaan. Atau ketika para pesaing kurang yakin dalam melakukan duplikasi
tersebut, sehingga terjadi kesalahan
di dalam buy-in process in duplication of
strategy. Untuk membangun kompetensi inti organisasi menggunakan dua alat, yaitu: Pertama, empat
kriteria spesifik untuk menentukan sumber daya dan kapabilitas yang kompeten. Kedua, menggunakan analisis
rantai nilai.
Kapabilitas strategis organisasi dapat dibangun dengan melalui empat
kriteria, seperti yang tercantum pada tabel berikut.
Tabel 5.1
Penentu Kapabilitas
Organisasi
1.
Kapabilitas bernilai
2.
Kapabilitas langka
3.
Kapabilitas terlalu mahal untuk ditiru
4.
Kapabilitas
tidak ada produk pengganti
|
·
Membantu
perusahaan untuk menetralisir ancaman atau mengekspoitasi peluang
·
Tidak dimiliki oleh pihak lain
·
Kondisi histories yg unik
·
Bersifat ambigu
·
Kompleksitas social
·
Tidak ada ekuivalen strategis
|
· Kapabilitas bernilai adalah kapabilitas
yang menciptakan nilai bagi suatu
organisasi atau perusahaan dengan mengeksploitasi peluang-peluang atau
menetralisir ancaman-ancaman
dalam lingkungan eksternal organisasi
atau perusahaan. Kapabilitas bernilai telah
membuktikan akan mampu memberdayakan organisasi
atau
perusahaan
untuk memformulasi dan
mengimplementasikan strategi-strategi yang menciptakan nilai bagi pelanggan.
· Kapabilitas langka adalah kapabilitas yang dimiliki oleh
sedikit organisasi atau
perusahaan, jika ada organisasi, maka pesaingnya tidak potensial. Perusahaan kompoter Dell telah membuktikan
dengan sistem penjualan yang langsung kepada pelanggan. Kapabilitas ini telah diakui merupakan hal
yang langka, sehingga modal ini mampu mendongkrak penjualan produk komputernya.
Keunggulan kompetitif dapat
dihasilkan ketika organisasi
atau perusahaan mampu mengembangkan dan mengeksploitasi
kapabilitasnya yang berbeda dengan pesaingnya.
·
Kapabilitas terlalu mahal untuk ditiru adalah kapabilitas yang tidak mudah untuk
dikembangkan oleh organisasi
atau perusahaan lain. Ini dikarenakan: pertama, kondisi histories yang unik. Suatu perusahaan dengan budaya
organisasi yang unik dan bernilai akan mendorong munculnya kondisi keunggulan
yang unik dan susah untuk ditiru oleh perusahaan lain. Apa yang dilakukan oleh perusahaan jamu Sido Muncul adalah
sebuah bukti upaya membangun budaya organisasi yang berorientasi pada strategi
bisnis. Irwan Hidaya si pemilik Sido Muncul melakukan terobosan dengan
membangun laboratorium jamu yang modern. Ia berusaha untuk membuat kesan kepada
pelanggan bahwa produk Jamu Sido Muncul diolah secara modern dan higienis. Kedua, bersifat ambigu, yaitu suatu kondisi
dimana pesaing tidak mampu memahami dengan jelas bagaimana suatu perusahaan
menggunakan kompetensi intinya sebagai dasar kompetensi organisasinya. PT.
Galatama, sebuah perusahaan kontruksi di Semarang mampu mengembangkan bisnisnya
bertolak dari pengalaman demi pengalaman. Di dalam rekruitmen SDM, organisasi
ini lebih mengutamakan orang-orang yang memiliki ketrampilan dan pengalaman di
bidang tehnik bangunan daripada calon-calon karyawan yang berlatar pendidikan
tinggi. Contoh kongkret, ketika akan mencari seorang manajer atau supervisor,
organisasi ini lebih mengutamakan lulusan SMTA dengan pengalaman 10 tahun
daripada lulusan sarjana atau diploma yang belum memiliki pengalaman. Dan
pengalaman ini pun masih akan diuji lagi bagaimana dia melakukan pekerjaan
lapangan dan manajerial. Ketiga, kompleksitas sosial, yaitu hubungan dan relasi antar pribadi,
kepercayaan yang dibangun, dan persahabatan di antara manajer, supplier, dan
pelanggan. Langkah-langkah
Sido Muncul yang berupaya mendekatkan diri dengan masyarakat ditempuh dengan
berbagai jalur, misalnya: bidang promosi yang menggunakan tokoh Chris John, Ade
Rai, Oneng, (alm) mbah Marijan, bahkan orang-orang yang mampu bertahan hidup
dengan kondisi fisik yang cacat. Bidang CSR, Sido Muncul senantiasa hadir
dengan memberi bantuan kepada korban banjir Situ Gintung, gempa Padang, gempa
Yogya, Bencana Merapi, dll, secara cepat di saat para pengungsi membutuhkan
bantuan tanggap darurat. Bidang pengadaan bahan baku, organisasi ini menjalin
dan bermitra dengan para petani jamu. Mereka diangkat sebagai subjek perusahaan
yang tidak terpisahkan keberadaannya, sehingga kebutuhan pertanian mereka
dibantu oleh perusahaan. Bidang dampak lingkungan, sebagai perusahaan jamu
herbal, Sido Muncul berkehendak untuk tidak memiliki limbah pabrik yang
mencemari lingkungan. Untuk itu, perusahaan ini berupaya untuk menetralisir
lembah jamu menjadi pupuk organik, dan pupuk ini kemudian disalurkan kepada
petani jamu dibawah binaannya.
· Tidak ada produk pengganti adalah suatu kapabilitas kompetitif yang
dikarenakan tidak memiliki produk pengganti, atau jika ada, maka produk itu
tidak sebaik produk yang ada. Pemilihan produk yang dihasilkan organisasi adalah sebuah strategi, sehingga langkah strategis untuk pemilihan produk
yang diikuti oleh ketiadaan produk pengganti adalah suatu langkah yang
benar-benar brilian. Keberadaan produk/ jasa ini akan bersifat monopolis,
sehingga sangat memungkinkan ketidakadanya pesaing potensial. Contoh: jasa
penyediaan darah untuk transfusi yang hanya dilayani oleh Palang Merah
Indonesia adalah sebuah layanan monopolis, karena tidak ada organisasi manapun
yang memiliki kapabilitas dan kewenangan untuk melakukan penyediaan darah. Contoh
lain adalah sistem layanan apotek yang dilayani selama 24 jam oleh Circle K.
Ini adalah layanan farmasi yang monopolis dalam layanan sehari semalam, karena
sampai sekarang belum ada layanan farmasi yang seperti itu. Produk “malam”
adalah salah satu bahan baku untuk membuat kerajinan batik. Produk ini sampai
sekarang belum memiliki produk pengganti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar