ORGANIZATIONAL DEVELOPMENT BASED ENTREPRENEURIAL SPIRIT
PLANNING
Oleh: Wahyu Purhantara
Proses merencanakan ODES dijalankan
setelah organisasi melakukan langkah awal sebelumnya, yaitu langkah menganalisa
lingkungan organisasi dan langkah mengetahui alasan melakukan pengembangan
organisasi. Proses merencanakan ODES dapat dilakukan dengan melalui
langkah-langkah: menetapkan tujuan OD, kompetensi organisasi yang diharapkan,
dan strategi ODES yang akan diterapkan. Merencanakan ODES perlu dirancang secara
terencana, terpadu, dan komprehensif. Ini dimaksudkan agar hasil dari ODES
dapat membuahkan hasil yang optimal dan dapat bermanfaat bagi organisasi secara
menyeluruh.
Semua organisasi harus berubah kalau organisasi ingin tetap hidup, tumbuh, dan berkembang. Hal ini
dilakukan karena adanya tekanan-tekanan
baik dari lingkungan internal maupun eksternal. Oleh karenanya, ODES harus mendasarkan diri pada perubahan lingkungan. Walaupun kebanyakan perubahan lingkungan eksternal
biasanya meminta lebih banyak perubahan organisasional, akan tetapi organisasi
lingkungan internal juga dapat menuntut adanya pengewmbangan organisasi.
Organisasi-organisasi dapat merubah tujuan dan strategi, teknologi, desain
jabatan, struktur, proses dan orang-orangnya sebagai dasar untuk mengembangan dirinya. Proses pengembangan secara umum mencakup unfreezing sikap dan perilaku saat ini, berkembangnya organisasi, dan refreezing sikap dan perilaku baru yang diminta. Beberapa isu atau
masalah-masalah kunci harus dihadapi selama proses perubahan umum. Satu di
antaranya adalah diagnosis organisasi secara akurat tentang
kondisi saat ini dan penolakan terhadap perubahan
yang timbul dari kondisi unfreezing
dan kondisi perubahan itu sendiri.
Merencanakan ODES
Sebelum ODES dirancang dan direncanakan, kita perlu mengetahui dan memahami
organisasi tentang apa dan bagaimana organisasi ini dapat hidup dan
menjaga kelangsungan hidupnya. Ada empat langkah untuk memahami organisasi sebelum merencanakan ODES:
1. Tujuan: Anggota organisasi memahami secara jelas tentang visi, misi dan tujuan organisasi dan komitmen
anggotanya. Apakah anggota-anggota organisasi memberikan dukungan terhadap visi, misi, dan tujuan organisasi. Komitmen anggota organisasi ini
merupakan modal dasar bagi organisasi ketika organisasi akan melakukan
pengembangan organisasi, lebih-lebih dengan model ODES, karena anggota
organisasi adalah sumber inspirasi dan kreativitas dan inovasi organisasi.
Apabila anggota organisasi kurang termotivasi, maka pintu kreativitas dan inovasi organisasi akan macet, dan otomatis
ODES tidak akan tercipta.
2. Struktur: Organisasi memberikan gambaran yang jelas tentang pembagian pekerjaan
organisasi. Bagaimana organisasi membagi pekerjaan? Ini adalah pertanyaan mendasar sebelum ODES
direncanakan. Apakah pekerjaan terbagi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya?
Bagaimana hierarki pekerjaan? Pertanyaannya selanjutnya adalah
apakah anggota organisasi merasa setuju
dengan tujuan organisasi yang berbanding dengan struktur
internal?
3. Hubungan: Komunikasi adalah salah satu kunci keberhasilan ODES. Artinya, komunikasi
yang efektif antar individu, individu dengan kolompok, antar kelompok, antar
departemen, antara organisasi dengan pihak eksternal merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pola komunikasi bisnis. Apabila pola komunikasi ini
belum terjalin dengan baik, maka perlu dicari akar masalahnya. Ini penting bagi
organisasi sebelum merencanakan ODES, karena komunikasi akan mengantarkan
pola-pola hubungan antar individu, antar kelompok, antara nggota dengan dunia
luar. Komunikasi yang lancar akan mempermudah aliran kreativitas dan inovasi
organisasi, karena masing-masing anggota saling terbuka.
4. Kepemimpinan: Gaya kepemimpinan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari style
organization. Salah satu sarat yang mendukung keberhasilan ODES adalah gaya
kepemimpinan yang berbasis kewirausahaan (entrepreneurial
leadership). Bagi pemimpin organisasi yang masih mengedepankan gaya
feodalis atau gaya one way trafic system,
maka organisasi akan sulit untuk mengembangkan diri. Demikian pula sebaliknya,
bagi pimpinan bergaya demokratis, menghargai ide pemikiran dan kreativitas
anggota organisasi, maka organisasi akan mudah dan lancar di dalam menjalankan
ODES dan merubah diri. Untuk itu pimpinan harus mampu menjaga keseimbangan antara kepentingannya dan kemauan anggota
organisasi.
Dalam beberapa tahun terakhir, telah muncul pertanyaan
serius tentang relevansi ODES untuk mensikapi dan mengelola perubahan dalam organisasi modern. Kebutuhan mendesak untuk "penataan
kembali (reinventing)" organisasi dengan mendasarkan
tekanan dan perubahan lingkungan telah menjadi topik yang bahkan menjadi pembicaraan serius untuk mengembangkan organisasi. Artinya, desakan ini merupakan panggilan
untuk penciptaan kembali dengan pendekatan perubahan lingkungan. Para ahli organisasi telah mulai
memeriksa pengembangan organisasi dari sudut pandang entreprenerurial spirit yang berbasis emosi. Misalnya, Declerk, (2007) menulis tentang bagaimana trauma emosional secara negatif dapat
mempengaruhi kinerja. Karena perampingan, outsourcing,
merger, restrukturisasi, perubahan terus-menerus, inovasi privasi, pelecehan, dan penyalahgunaan kekuasaan, banyak karyawan
mengalami serangan emosi,
kegelisahan, ketakutan, sinisme, dan ketakutan, yang dapat menyebabkan
penurunan kinerja. Bahkan apabila kondisi yang
demikian ini jika dibiarkan oleh manajemen, maka akan kinerja organisasi secara
keseluruhan akan berada pada titik nadir. Akibat selanjutnya adalah akan
mempercepat usia organisasi (decline)
dan keluar dari kurva-S (lihat life cycle
of organization).
Pernyataan Declerk (2007) di atas menunjukkan bahwa untuk menyembuhkan trauma dan
meningkatkan kinerja, praktisi OD harus mengakui keberadaan trauma psikologis yang akan mengganggu stabilitas kinerja
anggota dan kinerja organisasi. Untuk itu Declerk menyarankan agar organisasi
atau praktisi OD untuk menyediakan tempat yang aman bagi karyawan. Tempat
ini menjadi wadah untuk saling mencurahkan isi hati karyawan, saling melakukan sharing, mendiskusikan perasaan mereka,
melambangkan dan menggambarkan trauma psikologis, dan memasukkannya ke dalam perspektif emosi yang berbeda-beda, kemudian memungkinkan yang berurusan dengan tanggapan emosional yang berbeda-beda dari karyawan.
Langkah itu merupakan salah satu metode untuk menjelaskan bagaimana suatu emosi karyawan sangat
mempengaruhi motivasi kerja dan kinerjanya. Langkah tersebut lebih dipertajam
adengan membuat gambar atau diagram, yaitu suatu diagram yang menggambarkan
proses emosi yang mereka rasakan tentang situasi, dan kemudian
setelah mereka menjelaskan gambar mereka satu sama lain. Proses menggambar diagram ini
menguntungkan bagi karyawan karena
memungkinkan setiap karyawan untuk
mengekspresikan emosi yang biasanya tidak akan dapat diungkapkan dengan kata-kata. Gambar
sering meminta partisipasi aktif karyawan dalam
kegiatan ini, karena semua orang diwajibkan untuk mengambil gambar dan kemudian
mendiskusikan arti dari sebuah atau beberapa diagram/
gambar.
Wendell L Perancis dan Cecil Bell menerangkan bahwa pengembangan organisasi (OD) pada satu titik sebagai
"perbaikan organisasi melalui penelitian tindakan". Jika satu ide
dapat dikatakan untuk meringkas yang mendasari filsafat OD, itu akan menjadi
penelitian tindakan seperti yang dikonsepkan oleh Kurt Lewin dan kemudian diuraikan dan
dikembangkan oleh ilmuwan perilaku lainnya. Lewin percaya bahwa motivasi untuk
perubahan itu sangat terkait dengan tindakan: Jika orang yang aktif dalam
keputusan yang mempengaruhi mereka, mereka lebih cenderung mengadopsi cara-cara
baru. "Manajemen sosial rasional", katanya, "hasil dalam spiral
langkah, yang masing-masing terdiri dari sebuah lingkaran perencanaan, tindakan,
dan pencarian fakta tentang akibat dari tindakan".
Lewin menerapkan model
pengaruh perubahan sebagai input dari sebuah proses pengembangan organisasi
dengan menggunakan pendekatan penelitian aksi. Penelitian aksi yaitu suatu
model penelitian guna memecahkan persoalan organisasi yang meliputi aktivitas:
identifikasi persoalan, pengumpulan data dan informasi, action, koreksi
kegiatan, dan evaluasi intervensi. Lebih
lanjut Lewin mendeskripsikan proses perubahan guna pengembangan organisasi dengan melibatkan
tiga langkah, yaitu :
Pertama, "Unfreezing." Dihadapkan dengan dilema atau disconfirmation, individu atau kelompok
menjadi sadar akan kebutuhan untuk perubahan. Kedua, "Changing" untuk ODES. Situasi
ini didiagnosis dan model baru perilaku dieksplorasi dan diuji.Ketiga, "Refreezing." Penerapan perilaku baru dievaluasi,
dan jika memperkuat, diadopsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar