PENDEKATAN MANAJEMEN PERUBAHAN UNTUK
PENGEMBANGAN ORGANISASI
Oleh: Wahyu Purhantara
Kedalaman perubahan yang diinginkan mengacu pada
skope dan intensitas upaya pengembangan organisasi Gibson, Ivancevich, Donnelly, 1997). Artinya, kedalaman perubahan yang diinginkan
ditujukan sejauhmana manajemen harus masuk ke dalam organisasi yang sedang
mengalamii permasalahan. Ada tiga pandangan tentang
konsep perubahan organisasi pertama, pada hakikatnya target manajemen perubahan
organisasi adalah manajemen birokrasi yang digunakan sebagi alat administrasi
dan sebagai instrumen kekuasaan dan pengaruh. Kedua, manajemen perubahan
organisasi harus melalui cara demokrasi dan liberalisasi. Ketiga, manajemen
organisasi dan manajemen perubahan dapat mengenali gap antara situasi yang ada dengan yang diharapkan
berdasarkan ukuran-ukuran tertentu yang biasa digunakan, yaitu: efektivitas, efisiensi, dan
kepuasan anggota organisasi.
Di samping tiga pandangan tersebut ada sejumlah pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami manajemen perubahan organisasi. Berbagai pendekatan tersebut adalah pertama, pendekatan yang menekankan pada hubungan-hubungan antara struktur, teknologi dan orang. Dari ketiga unsur tersebut akan dapat ditentukan tentang apa yang akan diubah dan bagaimana cara mengubahnya. Kedua, dari mana ide konsep pendekatan tersebut berasal. Di sini ada dua konsep yaitu analisis Leavitt dan analisis Greiner. Leavitt cenderung menjawab persoalan apa yang dapat diubah guna pengembangan organisasi. Sedangkan Greiner cenderung menjawab bagaimana perubahan itu dilakukan atau diimplementasikan untuk pengembangan organisasi.
Pendekatan manajemen perubahan
guna mengembangkan organisasi dapat ditempuh dengan beberapa langkah, yaitu:
perubahan pada tingkat individu, perubahan pada tingkat kelompok, dan perubahan
pada tingkat organisasi. Pertama, Perubahan
pada tingkat individual adalah perubahan pada penugasan pekerjaan,
dipindahkannya karyawan yang bersangkutan pada tempat tertentu, atau perubahan
pada kondisi kedewasaan individu, yang bersangkutan, yang terjadi dengan
berlangsungnya waktu. Kedua, Perubahan
pada tingkat kelompok disebabkan oleh karena kebanyakan kegiatan di dalam
organisasi-organisasi diorganisasi basis kelompok. Kelompok yang dimaksud
berupa departemen-departemen, tim proyek, unit-unit fungsional di dalam
departemen-departemen, atau kelompok-kelompok kerja informal. Ketiga, Perubahan yang terjadi pada
tingkat keorganisasian pada umumnya dinyatakan orang sebagai pengembangan
organisasi (organizational development)
(Winardi, 2003). Secara teknikal, perubahan organisasi berkaitan dengan pengembangan
organisasi yang direncanakan oleh organisasi. Tetapi dalam hal menafsirkan
istilah tersebut secara popular ia biasanya dihubungkan dengan program pengembangan
organisasi (OD programs). yang berupaya untuk menimbulkan
perubahan-perubahan penting dalam suatu organisasi, walaupun perubahan tersebut
dapat terjadi dalam tingkat individual dan tingkat kelompok.
Teknik tersebut dapat
diterapkan pada tingkatan individual, tingkatan kelompok, dan tingkatan
organisasi. Adapun pilihan teknik yang tersedia, tergantung pada perubahan yang
diinginkan. Menurut Winardi, sejumlah teknik yang biasanya dikembangkan dalam
bidang pengembangan organisasi adalah konseling, pelatihan kepekaan, dan
konsultasi proses.
a.
Konselin. Sekalipun kepribadian tidak dapat diubah dengan jangka
waktu pendek secara signifikan, orang-orang dapat dibantu memahami bahwa mereka
harus mentolerir perbedaan-perbedaan dalam persepsi-persepsi dan untuk menerima
diversitas manusia. Kegitan konseling dan pelatihan kepekaan merupakan
teknik-teknik yang bermanfaat untuk membantu para individu memahami sifat
kepribadian mereka sendiri dan kepribadian orang lain, dan memamfaatkan
pengetahuan tersebut untuk memperbaiki interaksi mereka dengan orang lain.
b. Pelatihan
Kepekaan. Pelatihan kepekaan merupakan tipe lain konseling.
Merupakan sebuah teknik pengembangan keorganisasian yang terdiri dari
serangkaiaan tindakan konseling, dimana para anggota dibantu oleh seorang
fasilitator, belajar bagaimana pihak lain mempersepsi mereka dan mereka
diajarkan cara-cara dengan apa mereka dapat berhubungan secara lebih
sensitive dengan pihak lain.
c. Konsultasi
Proses. Konsultasi proses, dapat menyajikan
jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan demikian. Konsultasi proses,
memiliki kesamaan dengan konseling dan pelatihan kepekaan. Seorang konsultan
proses yang terlatih atau seorang fasilitator bekerja erat dengan para manajer
yang bertugas, guna membantu sang manajer mempperbaiki interaksinya dengan
anggota kelompok lainnya. Sang konsultan “luar” bertindak sebagai “telinga”
yang menyerap pelbagai keluhan dari para
karyawan, sehingga dengan demikian sang manajer memperoleh gambaran lebih jelas
tentang apa yang sedang terjadi dalam seting kelompok tersebut. Dengan demikian
dapat terungkapkan dinamika terhadap perorangan, yang menterminasi kualitas
hubungan kerja dalam kelompok tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar