MUHAMMADIYAH
DAN PEMBINAAN UMAT
Oleh: Wahyu Purhantara
A.
Tantangan Dakwah
Ada beberapa tangtangan dan sekaligus peluang dalam
aktivitas dakwah ke depan. Dulu anak-anak rajin mengaji habis Maghrib. Sekarang
belum shalat Maghrib sudah dicokok dengan tayangan sinetron di televisi.
Keprihatinan juga datang dari Pakar Tafsir Al-quran
Indonesia, Quraish Shihab. Ia mengatakan enggan nya generasi muda Islam membaca
dan mempelajari Al-quran memang sangat memprihatinkan.
Disamping kondisi realitas itu, terdapat juga problema
dakwah yang lain. Pertama, problema kehidupan masyarakat semakin komplek. Kompleksitas kehidupan itu terkait
dengan perubahan sosial politik, terutama pasca reformasi. Perubahan alam
pikiran yang cenderung pragmatis, materialistik, hedonis dan individualistik.
Problema lain terkait dengan penetrasi budaya asing, multikulturalisme dan
globalisasi informasi.
Kehidupan umat Islam yang semula lebih berorientasi pada idealisme bergeser menjadi cenderung berorientasi
pada nilai guna dan manfaat individual semata. Idealitas sering terabaikan,
digantikan dengan kecenderungan pragmatisme kehidupan yang berorientasi pada
pemuasan dan perolehan serta kesenangan terhadap hal-hal yang bersifat materi.
Muncul pula kecenderungan pemikiran dan gerakan yang semakin radikal baik yang berasal dari dalam negeri
maupun yang berasal dari luar negeri. Yang berasal dari dalam negeri misalnya
NII (palsu) yang gentayangan di sekolah dan kampus untuk melakukan rekrutmen
anggota.
Dalam kehidupan aqidah umat juga ditemukan semakin hidup suburnya takhayyul dan
khurafat. Fenomena dukun cilik ”mbah” Ponari yang dikunjungi oleh puluhan
ribu manusia untuk dimintai berkah, menunjukkan masih (atau malah bertambah)
kuatnya takhayyul dan khurafat itu. Merajalelanya budaya merti dusun.
Berkembangnya berbagai kepercayaan selain Allah seumpama
percaya kepada dukun, tukang ramal, berhala politik dan tuhan-tuhan palsu lain
yang secara potensial dapat menyesatkan dan memperdayai umat.
Pola kehidupan ibadah umat Islam juga masih belum sepenuhnya
sejalan dengan tuntunan Nabi saw. Penyalahgunakan aktivitas doa umpamanya baik
untuk kepentingan poliitis maupun bisnis dengan mudah dapat dijumpai.
B.
Orientasi
Dakwah
· Pertama, Bermodal
utama tauhidullah (pengesaan Allah),
Misi kenabian Ibrahim a.s.. dan Muhammad s.a.w., umpamanya, adalah merupakan
upaya membebaskan masyarakatnya dari ketergantungan hidup kepada selain Allah.
Dengan tauhidullah pula, masyarakat diserukan untuk tidak percaya kepada
para dukun, tukang ramal, berhala politik, dan tuhan-tuhan palsu lainnya yang
menyesatkan dan memperdayai. Jadi, tauhidullah harus ditindaklanjuti
dengan tauhid al-ibadah (unifikasi ibadah) dan tauhid al-ummah
(penyatuan umat) menuju pembentukan khaira ummah (umat terbaik) yang selalu
tampil membela dan melayani kepentingan umat manusia.
Kedua, aktivitas dakwah diorientasikan kepada terwujudnya visi Muhammadiyah; Secara garis besar, masyarakat Islam yang dicita-citakan oleh Muhammadiyah mempunyai beberapa karekteristik sebagai berikut:
Kedua, aktivitas dakwah diorientasikan kepada terwujudnya visi Muhammadiyah; Secara garis besar, masyarakat Islam yang dicita-citakan oleh Muhammadiyah mempunyai beberapa karekteristik sebagai berikut:
· Pertama,
saling mengingatkan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
keseharian umat.
· Kedua,
peduli dan saling memberdayakan (jasad dan bunyân).
· Ketiga,
mempunyai sikap welas asih, tidak keras kepala, pemaaf, mempunyai dan
mengembangkan tradisi syura dalam menyelesaikan berbagai masalah dan melibatkan
Allah dalam segala aktivitas dengan keyakinan Allah akan memberikan yang
terbaik dan termaslahat QS. Ali ‘Imran, 3:159 dan 191).
· Keempat,
berjiwa ‘izzah (pede) terhadap siapaun, termasuk yang tidak seaqidah dan
mengaitkan segala aktivitasnya dalam kerangka perwujudan mencari ridha dan
ekepresi cinta kepada Allah dan rasul-Nya (QS. Al-Maidah, 5: 54).
· Kelima,
berpaham keagamaan moderat dan dapat memberikan teladan; tidak ke kiri dan
tidak pula ke kanan; tidak kaku dan tidak pula permisif dalam menjalankan
syariah (QS. al-Baqarah, 2: 143 dan QS al-Fatihah, 1: 6-7). Semangat
keberagmaannya adalah kepasrahan dan siap diatur oleh Islam (QS
al-Baqarah, 2: 128).
· Keenam,
dalam memahami agama juga mencerminkan pandangan tengah; ada integrasi antara
tekstualitas, kontekstualitas dan historisitas.
· Dan ketujuh,
pandangannya terhadap kehidupan dunia mencerminkan sikap tengahan.
Kehidupn
dunia sebagaimana dalam QS. An-Naml, 27: 77, dipahami bersifat integratif;
Kebahagiaan hidup di akhirat hanya dapat diwujudkan dengan fasilitas yang
ditawarkan oleh kehidupan di dunia. Dunia tempat menanam dan akhirat tempat
segala yang ditanam di dunia dipanen. Tidak ada sikap tenggelam dalam
kenikmatan materi dengan mengabaikan kehidupan spiritual. Sebaliknya, tidak ada
sikap hanya tenggelam dalam kehidupan spiritual dengan mengabaikan kehidupan
dunia.
C. Model dan
Strategi Dakwah
Untuk
kepentingan dakwah ke depan, di samping secara terus menerus mengoptimalkan
aktivitas yang sudah ada, beberapa pilihan dapat dilakukan Muhammadiyah untuk
menyampaikan pesan-pesan dakwah.
Pertama,
melakukan revitalisasi keluarga. QS al-Hasyr, 66: 7 menegaskan keharusan
memelihara dan menjaga diri dan keluarga. Artinya, perintah untuk melakukan
revitalisasi dakwah secara terus menerus dan berkelanjutan dari diri dan
keluarga. Keluarga, sebagimana dipandukan dalam Pedoman Hidup Islami
Muhammadiyah, difungsikan sebagai (1) media sosialisasi nilai-nilai ajaran
Islam (2) kaderisasi; sebagai pelansung dan penyempurna gerakan da’wah, (3)
sebagai media pemberian keteladanan dan pembiasaan amal Islami, dan (4)
media penciptaan suasa dan kehidupan islami dalam bentuk membangun
pergaulan yang saling-mengasihi, menyayangi, saling-menghargai danmenghormati,
memelihara persamaan hak dan kewajiban.
Kedua,
optimasi mesin persyarikatan dalam bentuk pemberdayaan ranting dan amal usaha
secara maksimal sebagai media dakwah. Pimpinan persyarikatan dan pimpinan amal
usaha baik bidang pendidikan, kesehatan dan sosial secara aktif dan
sungguh-sungguh berkerja sama mengefektifkan gerakan dakwah di ranting dan amal
usaha.
Ketiga,
sebagai telah diungkapkan di atas tentang kedahsyatan pengaruh media elektronik
dan teknologi informasi dalam membentuk pola pikir dan prilaku masyarakat,
merupakan keniscayaan dakwah Muhammadiyah memanfaatkan media elektronik dan
teknologi informasi. Saatnya Muhammadiyah mulai berdakwah melalui dunia maya
sumpama lewat facebook, blog dan lain-lain. Dalam pemanfaatan media
elektronik, mungkin Muhammadiyah dapat mengambil bagian dalam mengisi acara
tertentu di televisi lokal yang pada masa mendatang akan banyak dikembangkan.\
Keempat,
menjadikan maal sebagai objek dakwah. Munculnya mal baru sesungguhnya
memberikan peluang untuk berdakwah, sekurang-kurangnya untuk membantu
pengunjung maal melaksanakan shalat jum’at. Bagi Muhammadiyah, ini merupakan
lahan dakwah yang relatif strategis. Di antara jama’ah, ada berasal dari
kalangan menengah atas. Dari mereka dapat dikembangkan jaringan di kalangan
masyarakat menengah atas yang belakangan banyak dikuasai oleh kelompok lain.
Kelima,
melakukan sinergi dengan berbagai majlis dan lembaga di lingkungan Muhammadiyah.
Sebenarnya Muhammadiyah mempunyai obyek dakwah yang tidak pernah kering. Mereka
datang ke Muhammadiyah, baik ketika sakit yang ditampung oleh balai pengobatan
Muhammadiyah, atau sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah. Selama ini,
mereka belum secara maksimal dijadikan sebagai obyek dakwah betapapun
Muhammadiyah telah menegaskan semua amal usaha yang dimiliki adalah media
dakwah Muhammadiyah. Sinergi dengan berbagai majlis dan lembaga dapat membantu
terselenggaranya aktivitas dakwah secara maksimal.
Yogya, 14 Romadhon 1434
Disarikan dari:
Abd. Fattah Wibisono,. dalam http://z4lf4.wordpress.com/2010/01/10/model-dan-strategi-dakwah-muhammadiyah-dalam-pembinaan-ummat