PENATAAN ULANG ORGANISASI DALAM RANGKA PENGEMBANGAN ORGANISASI
Oleh: Wahyu Purhantara
Penataan ulang organisasi sebagai langkah dari
percepatan pengembangan dan/ atau perubahan organisasi dengan menggunakan treatment yang dilakukan dengan memanfaatkan
ciri-ciri pertumbuhan organisasi. Perlu diingat bahwa organisasi sering
terjebak untuk melakukan desain dengan hanya mengulangi atau menjiplak gagasan,
struktur, dan operasi yang pernah dikembangkan pada waktu yang lalu. Pada hal
tantangan dan konteks persaingan yang dihadapi jelas telah berubah. Seharusnya,
jikalau organisasi akan memenuhi tantangan dan dalam konteks menuju organisasi
yang siap berubah, maka gagasan, ide, dan desain perubahan tidak sekedar alat
untuk mencapai tujuan. Semua perangkat lunak ini harus didesain sesuai dengan
konteks kekinian, selaras dengan dinamika persaingan organisasi, dan disesuaikan
dengan tingkat daur hidup organisasi (yang sesuai dengan visi dan misi
organisasi).
Sejumlah pakar manajemen dan organisasi telah
memperingatkan dan memberikan tanda awas
untuk segera membuat langkah penataan ulang organisasi. Suatu organisasi yang unggul ditandai oleh orang-orang yang mempunyai
komitmen yang tinggi, dan mengerti
untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan (Kotler, 1994). Pendapat ini memperkuat hasil
penelitian Kotler dan Hesket, bahwa organisasi yang unggul adalah organisasi
yang mampu menciptakan dan menjaga situasi dari setiap komponen organisasi
dengan lingkungan bersaingnya (Kotler dan Hesket, 1992).
Dalam telaah-telaah organisasi berdasarkan perbandingan antara
usia organisasi dengan ukuran dan kompleksitasnya, sejumlah pakar organisasi mencatat adanya kesamaan pola-pola tertentu dalam
organisasi. Melalui kajian tersebut dirumuskanlah teori fase atau tahapan
pertumbuhan organisasi, yaitu: pertama,
setiap organisasi bertumbuh melalui satu tahapan (fase pertumbuhan); kedua, setiap fase pertumbuhan akan
menciptakan krisis tersendiri, karena setiap fase akan diakhiri oleh suatu
krisis; ketiga, jika krisis dapat diatasi
dengan tepat, maka berakhirnya krisis merupakan awal dimulainya
suatu fase atau tahapan baru dalam organisasi. Itulah suatu model pentahapan daur hidup
organisasi, dimana organisasi akan dihadapkan oleh berbagai tantangan, dan
apabila tantangan ini mampu direspon oleh organisasi, maka organisasi ini akan
memasuki tahapan hidup baru. Model seperti ini, meminjam istilahnya Toynbee,
disebut dengan “challange and respon”
(Perry, 1982), yaitu sebuah filosofi perjalanan hidup yang dipenuhi dengan
tantangan dan jawaban. Dinamika kehidupan organisasi akan selalu hidup,
bermakna, dan memiliki nilai jikalau organisasi mampu menjawab tantangan.
Organisasi akan memasuki tahapan hidup ke tingkat yang lebih baik jika dia
mampu menjawab tantangan yang diberikan oleh lingkungannya. Dan sebaliknya,
jika dia tidak mampu menjawab tantangan, maka ia akan memasukinya ke tahapan
kemunduran (decline) organisasi, dan
jika dibiarkan akan menuju ke sakarotul maut.
Meski demikian, tidak semua organisasi tumbuh
dan berkembang melalui track atau
tahapan dan krisis-krisis tersebut secara berurutan, karena bisa saja fase
dilompati atau tidak diakhiri dengan krisis. Pada akhir tahapan dari teori
Greiner, tidak ada penjelasan tentang kelanjutan dari teorinya tentang krisis ini.
Apa yang bakal terjadi sesudah tahapan kolaborasi. Sejumlah ahli manajemen
sependapat bahwa pasca sesudah fase kolaborasi, organisasi akan tumbuh dari
awal kembali secara organistik, bukan secara mekanistik.
Model pertumbuhan organisasi menunjukkan paradoks bahwa tahapan pertumbuhan organisasi
menimbulkan masalah tersendiri. Setiap tahap pertumbuhan memunculkan
krisis yang baru dan setiap krisis mengharuskan manajemen melakukan penyesuaian
alat koordinasi, sistem kontrol dan desain organisasi. Selain
teori pertumbuhan organisasi, teori tentang daur hidup organisasi, juga dapat
memberikan gambaran tentang pertumbuhan organisasi, yang sebenarnya merupakan
hasil adaptasi dari teori daur hidup poduk. Melalui fase-fase di atas,
organisasi dalam jenis apapun bertumbuh pada setiap fase dikembangkan strategi,
struktur, sistem, proses, dan perilaku (kultur) yang berbeda sebagai respon
terhadap ukuran (size) dan
kompleksitas organisasi serta tantangan lingkungannya. Namun perlu dicatat
bahwa struktur, sistem, proses, dan perilaku (kultur) yang berhasil pada suatu
fase, belum tentu akan berhasil pada suatu fase yang lainnya.
Setiap organisasi akan mengalami pertumbuhan
perubahan baik cepat ataupun lambat. Di dalam proses pertumbuhan tersebut
dilalui berdasarkan tahap-tahap tertentu atau mengalami fase-fase daur hidup
organisasi. Meski demikian, tidak semua organisasi mampu menjalani daur
hidupnya seperti kurva S tersebut di atas. Seperti halnya manusia, banyak
organisasi yang mengalami krisis tidak sampai pada usia tua. Tidak sedikit
organisasi yang mati pada masa pertumbuhan, namun tidak jarang pula organisasi
yang masih berkembang pada usia yang sudah mencapai ratusan tahun.
Perbedaan Proses
Mekanistik dan Proses Organistik
Proses Mekanistik
|
Indikator organisasi
|
Proses Kolaborasi
|
Sentralistik
|
Kesenangan
|
Desentralistik
|
Banyak
|
Peraturan dan prosedur
|
Sedikit
|
Sempit
|
Rentang kendali
|
Lebar
|
Terspesialisasi
|
Tugas
|
Disebar
|
Sedikit
|
Tim dan Gugus Tugas
|
Banyak
|
Formal dan impersonal
|
Koordinasi
|
Informal dan
Profesional
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar