PENGARUH ORANG TUA DALAM
PERKEMBANGAN ANAK
Reshared by: Wahyu
Purhantara
Tidak jarang ditemui
dalam masyarakat kita adanya pola asuh yang beragam oleh orang tua. Perbedaan
pola asuh orang tua ternyata dapat mempengaruhi perkembangan anak. Dalam tulisan
ini akan membahas lebih jauh mengenai faktor keluarga, terutama orang tua, yang
dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak terutama perkembangan dalam prestasi
anak.
Orang tua adalah
aktor utama yang berperan penting dalam perkembangan anak yang diejawantahkan
dalam bentuk pola pengasuhan orang tua. Menurut Steinberg, pengasuhan orang tua
memiliki dua komponen, yaitu gaya pengasuhan (parenting style) dan praktek
pengasuhan (parenting practices). Gaya pengasuhan didefinisikan sebagai
sekumpulan sikap yang dikomunikasikan kepada anak dimana perilaku orang tua
diekspresikan sehingga menciptakan suasana emosional. Santrock dalam bukunya
Educational Psychology (2011) menyinggung 4 macam parenting styles, yaitu
authoritative, authoritarian, neglectful, dan indulgent.
1.
Authoritative
Parenting
Orang tua yang
authoritative berperilku hangat namun tegas. Mereka mendorong anaknya menjadi
mandiri dan memiliki kebebasan namun tetap meberi batas dan kontrol pada
anaknya. Mereka memiliki standard namun juga memberi harapan yang disesuaikan
dengan perkembangan anak. Mereka menunjukkan kasih sayang, sabar mendengarkan
anaknya, mendukung keterlibatan anak dalam membuat keputusan keluarga, dan
menanamkan kebiasaan saling menghargai hak-hak orang tua dan anak. Hal ini mampu
memberi kesempatan kedua pihak (orang tua dan anak) untuk dapat saling
memahami satu sama lain dan menghasilkan keputusan yang dapat diterima kedua
pihak.
Kualitas pengasuhan
ini diyakini dapat lebih memicu keberanian, motivasi, dan kemandirian.
Pola asuh ini juga dapat mendorong tumbuhnya kemampuan sosial, meningkatkan
rasa percaya diri, dan tanggung jawab sosial. Mereka juga tumbuh dengan baik,
bahagia, penuh semangat, dan memiliki kemampuan pengendalian diri sehingga
mereka memiliki kematangan sosial dan moral, lincah bersosial, adaptif,
kreatif, tekun belajar di sekolah, serta mencapai prestasi belajar yang tinggi.
Pada intinya, orang tua yang menggunakan pola authoritative dapat meningkatkan perasaan positif anak, memiliki
kapabilitas untuk bertanggung jawab, dan mandiri.
2.
Authoritarian Parenting
Orang tua
authoritarian menuntut kepatuhan dan konformitas yang tinggi dari anak-anak.
Mereka lebih banyak menggunakan hukuman, batasan, kediktatoran, dan kaku.
Mereka memiliki standard yang dibuat sendiri baik dalam aturan, keputusan, dan
tuntutan yang harus ditaati anaknya. Bila dibandingkan dengan pola asuh
lainnya, orang tua authoritarian cenderung kurang hangat, tidak ramah, kurang
menerima, dan kurang mendukung kemauan anak, bahkan lebih suka melarang anaknya
mendapat otonomi ataupun terlibat dalam pembuatan keputusan.
Pengasuhan dengan
pola ini berpotensi memunculkan pemberontakan pada saat remaja, ketergantungan
anak apada orang tua, merasa cemas dalam pembandingan sosial, gagal dalam
aktivitas kreatif, dan tidak efektif dalam interaksi sosial. Ia juga cenderung
kehilangan kemampuan bereksplorasi, mengucilkan diri, frustasi, tidak berani
menghadapi tantangan, kurang berkeinginan mengetahi secara intelektual, kurang
percaya diri, serta tidak bahagia.
3.
Neglect Parenting
Pola pengasuhan ini
disebut juga indifferent parenting.
Dalam pola pengasuhan ini, orang tua hanya menunjukkan sedikit
komitmen dalam mengasuh anak, mereka hanya memiliki sedikit waktu dan perhatian
untuk anaknya. Akibatnya, mereka menanggulangi tuntutan anak dengan memberikan
apapun yang barang yang diinginkan selama dapat diperoleh. Padahal hal tersebut
tidak baik untuk jangka panjang anaknya, misalnya terkait peran dalam pekerjaan
rumah dan perilaku sosial yang dapat diterima secara umum. Orang tua pola ini
cenderung tidak tahu banyak tentang aktivitas anaknya. Mereka jarang
berbicang-bincang dan hampir tidak mempedulikan pendapat anaknya dalam membuat
keputusan.
Orang tua neglect atau indifferent bisa saja menganiaya anaknya, menerlantarkan anaknya,
dan mengabaikan kebutuhan maupun kesulitan anaknya. Minimnya
kehangatan dan pengawasan orang tua membuatnya terpisah secara emosional dengan
anaknya sehingga membuat anak minimal dalam segala aspek, baik kognisi,
bermain, kemampuan emosional dan sosial termasuk kedekatan/kelekatan pada orang
lain. Jika terus menerus terjadi, akan membuat anak berkemampuan rendah dalam
menolerir frustasi, pengendalian emosi, perilaku, dan prestasi sekolahnya pun
amat buruk. Ia sering kurang matang, kurang bertanggung jawab, lebih mudah
dihasut dan dibujuk teman sebayanya, serta kurang mampu menimbang posisinya.
4.
Indulgent Parenting
Orang tua indulgent
atu permissive berperilaku highly
involved pada anaknya. Mereka cenderung menerima, lunak,
dan lebih pasif dalam kedisiplinan. Mereka mengumbar cinta kasih tetapi
menempatkan sangat sedikit tuntutan terhadap perilaku anak dan memberi
kebebasan tinggi pada anak untuk bertindak sesuai keinginannya. Terkadang orang
tuanya mengizinkan ia mengambil keputusn meski belum mampu melakukannya. Orang
tua semacam ini cenderung memanjakan anak, ia membiarkan anaknya mengganggu
orang lain, melindungi anak secara berlebihan, membiarkan kesalahan diperbuat
anaknya, menjauhkan anak dari paksaan, keharusan, hukuman, dan enggan
meluruskan penyimpangan perilaku anak.
Baumrind (dalam Barus, 2003) menemukan bahwa
anak yang menerima pola pengasuhan ini sangat tidak matang dalam berbagai aspek
psikososial. Mereka impulsive, tidak patuh, menentang jika diminta
sesuatu yang bertentangan dengan keinginan sesaatnya, kurang tenggang rasa, dan
kurang toleran dalam bersosialisasi. Pemanjaan terhadap anak dapat menyuburkan
keinginan ketergantungan dan melemahkan dorongan untuk berprestasi. Thornburg
(dalam Barus, 2003) mengemukakan dua alasan mengapa anak yang diasuh dengan
pola seperti ini tidak dapat ditingkatkan perilaku tanggung jawabnya. Yaitu,
(1) parents who are permissive give
little guidance or direction to their adolescents and (2) adolescents do not
tend to model the behavior of a parent in the permissive home.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
dipahami bahwa pola asuh orang tua begitu berpengaruh terhadap kondisi
perkembangan anak termasuk dalam prestasinya. Bila anak berada dalam pengasuhan
yang kondusif, maka anak akan terbantu dalam proses kematangan perkembangan
kognitif, afeksi, dan konasinya. Anak yang dibesarkan dari keluarga
authoritative lebih mapan secara psikososial dan lebih berprestasi dibandingkan
anak-anak yang dibesarkan dari keluarga authoritarian, neglect, dan indulgent.