INDIVIDU DAN ORGANISASI PEMBELAJAR
Oleh: Wahyu Purhantara
Individu dan organisasi pembelajar merupakan domain utama bagi pengelolaan sumber daya manusia. Proses pembelajaran
ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang berupa: pelatihan, peningkatan
keterampilan, pengalaman kerja, dan pendidikan formal dan non
formal. Upaya
pembelajaran ini menjadi bagian integral organisasi manakala organisasi
berupaya untuk meningkatkan kompetensinya guna menjaga dan meningkatkan daya
saingnya. Keberhasilan proses ini mesti didukung oleh semua pihak, muali dari
pemimpin organisasi, sistem organisasi, budaya organisasi, sampai pada unsur
manusianya (orang-orang yang bekerja). Faktor pelaku organisasi (sumber daya
manusia) menjadi kunci utama dari proses pembelajaran organisasi, karena
orang-orang yang berpengetahuan akan mempermudah proses transfer of knowledge bagi organisasi dalam proses pembelajaran
organisasi.
Perubahan yang dilakukan oleh lingkungan bisnis telah menerjang pada semua
lini bisnis, mulai dari bisnis kecil hingga bisnis global. Perbedaannya hanya pada tingkat
perubahannya saja, jika bisnis kecil masih dipengaruhi oleh perubahan yang
bersifat lokal, sehingga pengaruh terhadap organisasi bisnisnya tidak begitu
signifikan terhadap kehidupannya. Sedang bisnis global akan sangat berpengaruh
pada nasib masa depan dan keberlangsungan hidup bisnisnya. Ini dikarenakan
terjangan perubahan global akan menohok sampai struktur dan sistem organisasi.
Oleh karenanya, individu dan organisasi harus senantiasa belajar dari perubahan
lingkungan bisnis. Hanya organisasi yang memiliki responsivity of change saja yang akan mampu mengelola life cycle organization (LCO), dan mampu
menjaga sustainable of business-nya.
Kelangsungan hidup organisasi
sangat ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah perilaku kerja karyawan yang berjiwa pesaing, perilaku karyawan untuk berubah dan maju, perilaku bersaing dalam diri
setiap karyawan, model kepemimpinan organisasi,
budaya organisasi yang berlaku, dan faktor ekternal lainnya. Perilaku kerja
masyarakat yang berjiwa pesaing adalah esensi dari karakteristik seorang intrapreneur.
Perilaku yang demikian ini merupakan resep penting yang dapat membuat organisasi
lebih maju. Menurut Heflin Frinces (2011), perilaku tersebut adalah perilaku
karyawan dalam keseharian memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1.
Mulai kerja tepat waktu, dan
pulang kerja larut waktu (sampai malam).
2.
Bekerja bukan mengejar dateline,
tetapi menyelesaikan tugas lebih awal karena tertantang untuk mengerjakan tugas
yang lain.
3.
Selalu mencari masalah untuk
diselesaikan, bukan menghindari masalah atau menumpuk masalah.
4.
Selalu menginovasi diri yaitu
mencari cara terbaik untuk menyelesaikan tugas dan tidak berpegang pada metode
yang bersifat rutinitas.
5.
Menciptakan tim yang efektif
untuk berprestasi dan berinovasi.
6.
Teman adalah mitra kerja, tetapi
dia juga merupakan kompetitor dalam berprestasi.
7.
Bekerja selalu atas dasar
rasional dengan kompetensi yang tinggi, sehingga setiap karyawan berupaya untuk
meningkatkan kompetensi, ketrampilan, dan kemampuannya.
8.
Di dalam bekerja, tempat kerja
adalah tempat berprestasi.
9.
Dan lain-lain
Sedang perilaku karyawan untuk berubah dan maju bercirikan karyawan yang tidak merasa
puas dengan apa yang telah dimiliki dan selalu berusaha untuk mendapatkan yang
lebih dari apa yang sudah dimiliki. Untuk itu, yang ada di benak karyawan
adalah bagaimana menciptakan percepatan dalam mencapai proses kemajuan.
Perubahan, dalam konsep mereka adalah syarat mutlak menciptakan kemajuan, dan
kemajuan pada gilirannya akan menciptakan kemakmuran. Perubahan yang dimaksud
adalah perubahan yang komprehensif, yaitu perubahan yang meliputi: perubahan
dalam pola pikir, perubahan di dalam melihat sesuatu, perubahan dalam menyusun
prioritas, perubahan di dalam membuat perencanaan, perubahan dalam rutinitas
kerja, perubahan dalam budaya organisasi, perubahan dalam sistem, perubahan
bentuk dan struktur organisasi, perubahan dalam melakukan jenis usaha, dan
lain-lain. Oleh karenanya, prinsip dala
hidup dan bekerja selalu dalam proses berubah (on the more process) (Heflin Frinces, 2011).
Sementara itu perilaku bersaing harus
ditanamkan pada setiap karyawan di dalam organisasi. Setiap
intrapreneur selalu berupaya untuk mendapatkan peluang, potensi, dan
keuntungan. Mereka selalu dibayangi oleh adanya persaingan di dalam satu organisasi.
Oleh karenanya, ia harus menyiapkan jurus-jurus penting untuk membangun
kekuatan bersaing dan akhirnya memenangkan persaingan. Dengan kata lain,
intrapreneur adalah para karyawan yang diap bersaing. Untuk kepentingan ini,
intrapreneur membutuhkan:
- Proses belajar, yaitu mempelajari secara intensif bagaimana nilai-nilai kewirausahaan harus dipahami dan dijiwai secara konseptual.
- Merubah diri dan membangun kualitas diri sendiri untuk memperspsikan dirinya.
- Menimbulkan ransangan pada diri sendiri untuk mempersiapkan dirinya sebagai seorang intrapreneur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar