Translate

Rabu, 17 April 2013

Andragogi, Pengertian


PENGERTIAN ANDRAGOGI, TEHNIK BELAJAR ORANG DEWASA
Oleh: Wahyu Purhantara

Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno: "aner", dengan akar kata andr, yang berarti orang dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau membina. Istilah lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogus" artinya membimbing atau memimpin. Dengan demikian secara harfiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak. Karena pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau mengajar anak maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pendidikan atau pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Banyak praktik proses belajar dalam suatu pelatihan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat andragogis, dilakukan dengan cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pelatihan bagi orang dewasa.
Dengan demikian andragogi adalah ilmu atau seni yang membantu orang dewasa untuk belajar dengan cara menempatkan mereka sebagai manusia yang seutuhnya. Artinya andragogi lebih menekankan pada upaya membimbing dan membantu mereka di dalam mengembangkan daya nalar, daya emosi, dan daya spiritual untuk menemukan ilmu yang sedang dikajinya. Andragogi adalah kelanjutan dari Paedagogi yang banyak memberikan tanggung jawab segala keputusan tentang pembelajaran kepada gurunya dan meletakan murid sebagai dalam satu peranan yang terikat. Malcolm Knowles dalam bukunya The ModernPractice for Adult Education menekankan bahwa dasar andragogi setidaknya ada empat asumsi yaitu: konsep kemandirian mengatur diri; pengalaman orang dewasa adalah khazanah; kesiapan untuk belajar bergantung pada kebutuhan; dan orientasi pada belajar adalah berpusat pada kehidupan atau masalah (Bambang S, dan Lukman, “Kelemahan dan Keunggulan Teori Belajar Andragogi,” http://www.oocities.org/teknologipembelajaran/andragogi.html). Andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training/Teaching).
Menurut pandangan andragogi setiap sumber belajar harus mampu membantu warga belajar dalam : (a.) menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar melalui kerjasama dalam merencanakan, (b). menemukan kebutuhan belajar, (c). merumuskan tujuan dan materi yang dapat memenuhi kebutuhan belajar, (d). merancang pola belajar dalam sejumlah pengalaman belajar untuk peserta didik, (e). melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan metode, teknik dan sarana belajar yang tepat, dan (f). menilai kegiatan belajar serta mendiagnosis kembali kebutuhan belajar. Selanjutnya, Marzuki (1983), menyatakan “Salah satu prinsip yang harus diperhatikan dalam pembelajaran orang dewasa adalah bahwa orang dewasa memiliki gaya belajar yang berbeda, karena mereka berbeda dalam pengalaman, kiran, konsep, dan afirmasi” Kemudian menurut M.S. Lee Meng Fong (1997) mengemukakan bahwa: “Pembelajaran integratif adalah pembelajaran multi modal terhadap belajar termasuk di dalamnya gaya belajar, dimana proses pembelajaran melibatkan peserta didik dewasa yang memiliki potensi, dan pengalaman masing-masing.” Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran harus melibatkan sepenuhnya aspek fisik dan mental peserta didik sebanyak mungkin dalam kegiatan belajar-membelajarkan. Termasuk didalamnya dengan memanfaatkan gaya belajar peserta didik sehingga terjadi harmonisasi antara cara belajar peserta didik dengan cara membelajarkan dari pendidik, yang berimplikasi pada variasi metode pembelajaran, serta mengintegrasikan peran, pengalaman, serta modalitas belajar yang dimiliki oleh peserta didik untuk membantu meningkatkan efektivitas pembelajaran. Keterlibatan peserta dilakukan dalam setiap tahapan pembelajaran mulai tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Sutaryat Trisnamansyah dan Wawan Suwandi, Pengembangan Model Pembelajaran Integratif Andragogi Untuk Meningkatkan Efektivitas Pelatihan Kepemimpinan, http://badiklatda.jabarprov.go.id/ index.php/pengembangandiklat).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar