PENGERTIAN ANDRAGOGI, TEHNIK BELAJAR ORANG DEWASA
Oleh: Wahyu Purhantara
Andragogi
berasal dari bahasa Yunani kuno: "aner", dengan akar kata andr, yang
berarti orang dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau membina. Istilah
lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah "pedagogi",
yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogus"
artinya membimbing atau memimpin. Dengan demikian secara harfiah "pedagogi"
berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak.
Karena pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau
mengajar anak maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan
pendidikan atau pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena
mengandung makna yang bertentangan. Banyak praktik proses belajar dalam suatu
pelatihan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat
andragogis, dilakukan dengan cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip
dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi
kegiatan pelatihan bagi orang dewasa.
Dengan demikian andragogi adalah ilmu
atau seni yang membantu orang dewasa untuk belajar dengan cara menempatkan
mereka sebagai manusia yang seutuhnya. Artinya andragogi lebih menekankan pada
upaya membimbing dan membantu mereka di dalam mengembangkan daya nalar, daya
emosi, dan daya spiritual untuk menemukan ilmu yang sedang dikajinya. Andragogi
adalah kelanjutan dari Paedagogi yang banyak memberikan tanggung jawab segala
keputusan tentang pembelajaran kepada gurunya dan meletakan murid sebagai dalam
satu peranan yang terikat. Malcolm
Knowles dalam bukunya The ModernPractice
for Adult Education menekankan bahwa dasar andragogi setidaknya ada empat
asumsi yaitu: konsep kemandirian mengatur diri; pengalaman orang dewasa adalah khazanah;
kesiapan untuk belajar bergantung pada kebutuhan; dan orientasi pada belajar
adalah berpusat pada kehidupan atau masalah (Bambang
S, dan Lukman, “Kelemahan dan Keunggulan Teori Belajar Andragogi,” http://www.oocities.org/teknologipembelajaran/andragogi.html). Andragogi secara harfiah dapat
diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena orang
dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya
sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar
adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri
dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner
Centered Training/Teaching).
Menurut pandangan
andragogi setiap sumber belajar harus mampu membantu warga belajar dalam : (a.)
menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar melalui kerjasama dalam
merencanakan, (b). menemukan kebutuhan belajar, (c). merumuskan tujuan dan
materi yang dapat memenuhi kebutuhan belajar, (d). merancang pola belajar dalam
sejumlah pengalaman belajar untuk peserta didik, (e). melaksanakan kegiatan
belajar dengan menggunakan metode, teknik dan sarana belajar yang tepat, dan
(f). menilai kegiatan belajar serta mendiagnosis kembali kebutuhan belajar. Selanjutnya,
Marzuki (1983), menyatakan “Salah satu prinsip yang harus diperhatikan dalam
pembelajaran orang dewasa adalah bahwa orang dewasa memiliki gaya belajar yang
berbeda, karena mereka berbeda dalam pengalaman, kiran, konsep, dan afirmasi”
Kemudian menurut M.S. Lee Meng Fong (1997) mengemukakan bahwa: “Pembelajaran
integratif adalah pembelajaran multi modal terhadap belajar termasuk di
dalamnya gaya belajar, dimana proses pembelajaran melibatkan peserta didik
dewasa yang memiliki potensi, dan pengalaman masing-masing.” Berdasarkan
pendapat di atas, pembelajaran harus melibatkan sepenuhnya aspek fisik dan
mental peserta didik sebanyak mungkin dalam kegiatan belajar-membelajarkan.
Termasuk didalamnya dengan memanfaatkan gaya belajar peserta didik sehingga
terjadi harmonisasi antara cara belajar peserta didik dengan cara membelajarkan
dari pendidik, yang berimplikasi pada variasi metode pembelajaran, serta
mengintegrasikan peran, pengalaman, serta modalitas belajar yang dimiliki oleh
peserta didik untuk membantu meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Keterlibatan peserta dilakukan dalam setiap tahapan pembelajaran mulai tahap
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Sutaryat Trisnamansyah dan Wawan Suwandi,
Pengembangan Model Pembelajaran Integratif Andragogi Untuk Meningkatkan
Efektivitas Pelatihan Kepemimpinan, http://badiklatda.jabarprov.go.id/
index.php/pengembangandiklat).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar