ORGANISASI PEMBELAJAR
Oleh: Wahyu Purhantara
Organisasi pembelajar tidak sekedar dari penjumlahan individu (orang-orang dalam organisasi) yang melalukan proses pembelajaran
sehingga dapat dipergunakan untuk model pembelajaran
organisasi. Pengertian berikut menguraikan organisasi pembelajar, yaitu organisasi pembelajar yang secara aktif menciptakan,
menangkap, mentransfer, dan memobilisasi pengetahuan kepada segenap karyawan dalam organisasi agar dapat beradaptasi dengan lingkungan yang berubah. Dengan
demikian, kata kunci dari organisasi pembelajar adalah interaksi dan
komunikasi yang terjadi antara individu-individu di dalam organisasi guna meningkatkan kompetensi
organisasi.
Organisasi pembelajar perlu dikelola secara baik. Artinya, upaya
pembelajaran ini perlu direncanakan, diorganisasi, dikendalikan, dan dievaluasi
untuk mendapat feedback. Dengan
demikian organisasi pembelajar mucul sebagai suatu aksi organisasi, bukan suatu
reaksi, untuk mensikapi perubahan lingkungan bisnis. Apabila organisasi
melakukannya dengan reaktif atau secara kebetulan, maka proses pembelajaran
yang didapatkannya tidaklah maksimal. Artinya hasil yang didapatkan hanya
bersifat mendadak dan terkesan reaktif. Lain halnya jika pembelajaran ini telah
dikelola, sehingga proses pembelajaran akan berjalan secara berkelanjutan,
sehingga akan menhasilkan individu dan organisasi yang dapat membangun
kompetensinya. Untuk kepentingan ini, organisasi
secara aktif akan
mempromosikan,
memfasilitasi, dan memberikan penghargaan
kepada semua pihak yang mampu meningkatkan kompetensinya.
Organisasi pembelajar adalah sebuah proses sosial, yang melibatkan banyak
interaksi antara individu-individu dalam sautu organisasi, terutama dalam
pengambilan keputusan. Dengan demikian, budaya belajar dan beradaptasi
merupakan bagian dari praktek kerja sehari-hari adalah hal yang harus dilakukan
dan bersifat sangat penting. Artinya, perilaku belajar menjadi bagian integral
dari perilaku individu dan perilaku organisasi. Ini sangat bermanfaat ketika
organisasi harus beradaptasi dan kontak langsung dengan perubahan lingkungan,
baik internal maupun eksternal. Suatu organisasi harus belajar agar
dapat beradaptasi dengan lingkungan yang berubah. Secara historis, siklus hidup
organisasi biasanya berjalan secara simultan dan beranjak dari kondisi lingkungan
yang cenderung stabil, yaitu berkorelasi dengan perubahan sosial ekonomi.
Jelasnya, pergeseran peran individu dalam organisasi pembelajar tentu melibatkan
sebuah transformasi non-linear. Organisasi harus membuat, menangkap, transfer,
dan memobilisasi pengetahuan sebelum dapat digunakan. Untuk kepentingan ini,
organisasi membutuhkan adanya transfer of
technology dengan fasilitas tehnologi informasi yang mendukung.
Untuk menunjang kepentingan organisasi pembelajar, maka dibutuhkan beberapa
persyaratan, yaitu:
1. Menangkap
pembelajaran individu adalah langkah pertama untuk membuatnya berguna untuk
organisasi. Ada banyak metode untuk menangkap pengetahuan dan pengalaman,
seperti publikasi, laporan aktivitas, pelajaran yang dipetik, wawancara, dan
presentasi. Menangkap mencakup pengorganisasian pengetahuan dengan cara yang
orang dapat menemukannya; beberapa struktur memfasilitasi pencarian terlepas
dari perspektif pengguna (misalnya, siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan
bagaimana). Menangkap juga meliputi penyimpanan dalam repositori, database,
atau perpustakaan untuk memastikan bahwa pengetahuan yang akan tersedia saat
dan sesuai kebutuhan.
2.
Mentransfer pengetahuan adalah suatu keharusan bagi
organisasi. Perkembangan pengetahuan dan teknologi dapat diakses sesuai
kebutuhan. Dalam dunia digital, cara ini dilakukan dengan melibatkan mesin
pencari browser yang diaktifkan untuk
menemukan apa yang kita cari. Sebuah cara untuk mengambil konten juga diperlukan dengan jalan membuka jaringan komunikasi
dan infrastruktur jaringan. Pengetahuan dapat diberikan kepada segenap
karyawan melalui praktek atau konsultasi ahli. Pengetahuan perlu disajikan
dengan cara para pengguna dapat memahaminya, dan harus sesuai dengan kebutuhan
pengguna yang akan diterima dan diinternalisasi.
3. Memobilisasi pengetahuan melibatkan mengintegrasikan dan
menggunakan pengetahuan yang relevan dari banyak orang, sering kali beragam,
sumber-sumber untuk memecahkan masalah dan mengerti sumber masalahnya.
Integrasi pengetahuan ini membutuhkan sistem operasi yang standar atau prosedur sistem operasi yang berlaku di organisasi. Organisasi
pembelajar dapat juga belajar dari kesalahan dan mengakui kesalahannya ketika cara-cara
lama tidak lagi berlaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar