Translate

Sabtu, 06 April 2013

Pengembangan Organisasi, Implementasi Intrapreneurship



IMPLEMENTASI INTRAPRENEURSHIP
Oleh: Wahyu Purhantara


Penanaman nilai dan semangat intrapreneurship harus dibarengi oleh pemberian reward atau penghargaan, baik berupa finansial yang langsung diterima karyawan maupun yang berupa jenjang karir. Penghargaan ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan kehidupan intrapreneurship organisasi, bahwa organisasi sangat mengedepankan semangat kinerja tinggi, membuka kreativitas, dan membuka peluang inovasi. Dari sisi manajemen, manajer puncak sampai pada manajer first line harus membuka diri dan berfikir bahwa gagasan atau ide, kreativitas, dan inovasi yang dilakukan oleh para karyawan adalah bagian dari kehidupan organisasi. Pihak manajemen memang telah membuka koridor intrapreneurship, sehingga pihak manajemen tinggal melakukan pengawasan manajerial. Ini tidak mudah untuk diimplementasikan, karena hal ini membutuhkan:
  1.   Entrepreneurial skill yang tinggi dari pengusaha atau para manajer 
  2.  Para manajer dituntut untuk untuk  memiliki wawasan dan ketrampilan mengelola organisasi berbasis kewirausahaan
  3. Pengusaha dan para manajer dituntut memiliki transfer of entrepreneurship skill, sehingga proses penanaman nilai dan implementasi nilai akan mudah dilaksanakan
  4. Mereka harus memiliki kemampuan untuk mendinamisasikan dan menjaga kehidupan nilai dan semangat kewirausahaan di dalam perusahaan atau organisasi.
Keempat komponen intrapreneurship ini harus selalu dipompokan oleh pimpinan organisasi kepada semua karyawan. Ini dimaksudkan agar semangat mendinamisasikan dan mendekatkan organisasi ke arah lingkungan yang berubah dapat selalu dikontrol. Ini bukan pekerjaan yang mudah, karena manajer harus lebih cerdas ketika menghadapi sikap dan perilaku karyawan yang cenderung mudah berubah. Kata kunci yang memperkuat cara ini adalah berubah untuk pengembangan organisasi merupakan kewajiban untuk menjaga kelangsungan hidup organisasi.
Ada lima kunci yang menentukan keberhasilan implementasi dalam sebuah organisasi. Lima kunci ini adalah:
1.      Keberanian (bravity)
  • ·Manajemen sedari dini harus menginventarisir dan mengidentifikasi karyawan-karyawan yang memiliki keberanian dan tidak takut gagal di dalam memegang proyek organisasi. Orang-orang ini menjadi pioneer organisasi, karena mereka adalah orang-orang pilihan yang tidak takut menghadapi tantangan. Dengan kata lain, mereka adalah bemper yang berani menanggung risiko di dalam menjalankan suatu proyek.
  • Manajemen perlu memberikan suatu wadah kompetisi kepada karyawan untuk berebut memenangkan sebuah ide kreatif atau inovatif. Artinya, organisasi menyediakan laboratorium guna memberikan percobaan dan sharing antar karyawan. Di laboratorium inilah sebagai wadah untuk menguji keberanian karyawan di dalam menantang risiko.
 2.    Kemampuan (credibility)
  • Karyawan adalah mitra kerja dari para manajer. Untuk itu, karyawan perlu diajak sharing dan berdiskusi tentang hal ihwal organisasi. Dari sharing dan diskusi ini pada gilirannya manajer akan mendapatkan informasi berharga yang berbasis kemauan dan kemampuan karyawan. Ini penting agar program pengembangan organisasi yang diprogramkan oleh manajemen dapat ditangkap dan dijalankan oleh karyawan di berbagai lapisan.
  • Karyawan perlu diajak dalam suatu program evaluasi diri organisasi. Maksudnya adalah, setiap periode organisasi melakukan program evaluasi diri atas manajerial, program kerja, sistem layanan, penjaminan mutu, tanggapan kepada pelanggan, dan sebagainya. Keterlibatan karyawan dalam proyek evaluasi diri ini dimaksudkan agar organisasi dapat masukan yang komprehensif, sehingga strategi yang dibangun atas evaluasi diri dapat dimengerti dan dijalankan oleh karyawan.
  • Kemampuan karyawan adalah salah satu faktor kunci keberhasilan implentasi entrepreneurship. Kemampuan ini diperlukan agar setiap pengambilan keputusan telah dipikirkan secara matang dan telah diukur untung dan ruginya, sehingga keputusan yang didihasilkan adalah sebuah keputusan yang bijak dengan melibatkan berbagai kepentingan.
  • Langkah ketiga ini adalah langkah yang paling tidak ramah, yaitu manajemen melibatkan pihak ketiga atau konsultan dari luar untuk turut memikirkan program pengembangan organisasi. Dalam hal ini, konsultan diminta untuk membangun kemampuan organisasi berbasis kompetensi karyawan. Model ini sering kali menjadikan karyawan tidak merasakan kepuasannya, karena mereka tidak ikut dilibatkan secara langsung.
3.      Kreativitas dan inovasi (creativity and inovation)
  • Manajemen perlu memberikan ruang gerak bagi karyawan yang memiliki kelebihan yang dapat melakukan kreativitas dan inovasi. Dukungan organisasi ini duwujudkan dalam bentuk: pemberian kesempatan untuk belajar dan belajar, kesempatan untuk melakukan percobaan, pemberian toleransi untuk gagal, dan dukungan fasilitas keuangan. Kreativitas dan inovasi tidak hanya diperuntukkan pada penciptaan produk-produk baru, tetapi juga diperuntukkan guna mengembangan atau pembaharuan produk. Inovasi yang berjalan terus dengan berbasis pada market driven and customer satisfaction akan memberikan kepuasan kepada pelanggannya. Sebaliknya suatu produk atau jasa organisasi yang tidak mengalami sentuhan kreativtas dan inovasi lambat laun akan ditinggalkan oleh pelanggannya.
  • Perbaikan yang berpedoman bencmaking akan membantu organisasi untuk melakukan pengembangannya. Artinya, bencmaking merupakan pedoman baku bagi penciptaan standar minimal akan suatu produk atau jasa. Atas dasar ini, maka masing-masing organisasi akan saling berkompetisi untuk mengejar bencmaking.
  • Prinsip kaizen sebagai pola perbaikan suatu produk atau jasa dari Jepang perlu dijadikan sebagai budaya organisasi. Kaizen diakui oleh perusahaan-perusahaan Jepang telah memberikan andil yang sangat besar bagi pengembangan organisasi. Dengan mendasarkan “perbaikan tiada henti” yang datang dari internal karyawan organisasi, merupakan wujud dari penghargaan terhadap kreativitas dan inovasi dari karyawannya.
  • Faktor lain yang mendukung keberhasilan implementasi intrapreneurship adalah budaya inisiatif dari karyawan, artinya manajemen memberikan ruang dan menciptakan budaya untuk berinisiatif. Artinya, di dalam kepemimpinan berbasis kewirausahaan, budaya karyawan berinisiasi sangat diperlukan. Seorang karyawan akan melaksanakan program-program yang telah dibuat, tidak hanya menunggu diperintah oleh atasannya, tetapi perlu dijalankan atas dasar inisiatif sendiri atas dasar prosedur dan rencana anggaran yang telah dibuat.
4. Keteguhan hati (persistence)
  • Prinsip kemantaban dalam sebuah bisnis tertentu adalah wujud dari keteguhan organisasi atau istiqomah dalam bisnis di dalam mengelola manajemen bisnisnya. Organisasi boleh meu mengembangkan bisnis unitnya, namun core business-nya harus tetap dimantabkan. Ini dimaksudkan agar jiwa intrapreneurship dalam organisasi tetap berkonsentrasi sesuai dengan bcore business organisasinya. Para karyawan yakin, bahwa pengembangan jiwa intrapreneur-nya akan bermanfaat bagi dirinya, organisasinya, dan produk atau layanan tetap akan dinikmati oleh pelanggannya.
  • Untuk memberikan kepastian kepada pelanggan, bahwa produk atau layanannya akan selalu mengikuti custumer driven, maka organisasi perlu membuka layanan komunikasi dengan pasar. Kontak komunikasi dapat berupa layanan bebas pulsa, penyediaan situs web agar dapat diakses pelanggan secara rutin, penyediaan kotak saran, dan lain-lain. Penyediaan layanan ini dimaksudkan bagi organisasi sebagai pintu masuk adanya perbaikan dan sumber pembaharuan yang datang dari pelanggan. Mereka memberikan umpan balik, ide-ide kratif dan inovatif adalah suatu bentuk keperdulian dan kecintaannya atas suatu produk atau jasa organisasi. 
5.      Keberuntungan (lucky)
  • Di dalam mengelola sustainable of business, keberuntangan dapat dikelola dengan cara kinerja organisasi dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan. Artinya, hasil dan prestasi kerja organisasi adalah suatu visi dan/ atau tujuan yang hendak dicapai. Untuk itu diperlukan: pertama, kerja keras dari semua elemen organisasi, mulai dari Chief Executive Officer (CEO) sampai pada tingkatan paling bawah harus mempunyai dorongan dan dedikasi. Kedua, adanya umpan balik atau feedback. Artinya kinerja organisasi dipakai sebagai bahan kajian atau evaluasi atas proses yang telah dijalankan. Ketiga, bertanggungjawab terhadap hasil kinerja.
  • Untuk menciptakan keberuntungan, manajemen perlu membangun kolaborasi antar bidang dalam satu organisasi. Kolaborasi ini dimaksudkan untuk mengerjakan suatu proyek ataupun program-program organisasi yang bersifat terpadu. Sebaiknya proyek semacam ini selalu dibuat dan dihidupkan guna membangun kebersamaan dan saling memahami potensi anggota organisasi.
  • Manajemen perlu menciptakan tempat dan suasana yang menyegarkan bagi karyawan. Saturday Coffe Morning adalah salah satu model untuk memberikan ruang yang menyegarkan. Pada acara ini dibuat dari karyawan, untuk karyawan, dan oleh karyawan, yaitu suatu suasana untuk menyampaikan uneg-uneg atau permasalahan organisasi dalam suasana yang penuh kekeluargaan. Penggunaan model ini merupakan upaya mengangkat karyawan sebagai aset organisasi yang memiliki potensi, sehingga manajemen yakin bahwa kepenatan pekerjaan akan dicairkan dalam Saturday Coffe Morning, sehingga keberuntungan organisasi dapat terjamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar