Translate

Selasa, 23 Juli 2013

Pembinaan Umat



MUHAMMADIYAH DAN PEMBINAAN UMAT
Oleh: Wahyu Purhantara

A.   Tantangan Dakwah
Ada beberapa tangtangan dan sekaligus peluang dalam aktivitas dakwah ke depan. Dulu anak-anak rajin mengaji habis Maghrib. Sekarang belum shalat Maghrib sudah dicokok dengan tayangan sinetron di televisi.
Keprihatinan juga datang dari Pakar Tafsir Al-quran Indonesia, Quraish Shihab. Ia mengatakan enggan nya generasi muda Islam membaca dan mempelajari Al-quran memang sangat memprihatinkan.
Disamping kondisi realitas itu, terdapat juga problema dakwah yang lain. Pertama, problema kehidupan masyarakat semakin komplek. Kompleksitas kehidupan itu terkait dengan perubahan sosial politik, terutama pasca reformasi. Perubahan alam pikiran yang cenderung pragmatis, materialistik, hedonis dan individualistik. Problema lain terkait dengan penetrasi budaya asing, multikulturalisme dan globalisasi informasi.
Kehidupan umat Islam yang semula lebih berorientasi pada idealisme bergeser menjadi cenderung berorientasi pada nilai guna dan manfaat individual semata. Idealitas sering terabaikan, digantikan dengan kecenderungan pragmatisme kehidupan yang berorientasi pada pemuasan dan perolehan serta kesenangan terhadap hal-hal yang bersifat materi.
Muncul pula kecenderungan pemikiran dan gerakan yang semakin radikal baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. Yang berasal dari dalam negeri misalnya NII (palsu) yang gentayangan di sekolah dan kampus untuk melakukan rekrutmen anggota.
Dalam kehidupan aqidah umat juga ditemukan semakin hidup suburnya takhayyul dan khurafat. Fenomena dukun cilik ”mbah” Ponari yang dikunjungi oleh puluhan ribu manusia untuk dimintai berkah, menunjukkan masih (atau malah bertambah) kuatnya takhayyul dan khurafat itu. Merajalelanya budaya merti dusun.
Berkembangnya berbagai kepercayaan selain Allah seumpama percaya kepada dukun, tukang ramal, berhala politik dan tuhan-tuhan palsu lain yang secara potensial dapat menyesatkan dan memperdayai umat.
Pola kehidupan ibadah umat Islam juga masih belum sepenuhnya sejalan dengan tuntunan Nabi saw. Penyalahgunakan aktivitas doa umpamanya baik untuk kepentingan poliitis maupun bisnis dengan mudah dapat dijumpai.
B.   Orientasi Dakwah
·     Pertama, Bermodal utama tauhidullah (pengesaan Allah), Misi kenabian Ibrahim a.s.. dan Muhammad s.a.w., umpamanya, adalah merupakan upaya membebaskan masyarakatnya dari ketergantungan hidup kepada selain Allah. Dengan tauhidullah pula, masyarakat diserukan untuk tidak percaya kepada para dukun, tukang ramal, berhala politik, dan tuhan-tuhan palsu lainnya yang menyesatkan dan memperdayai. Jadi, tauhidullah harus ditindaklanjuti dengan tauhid al-ibadah (unifikasi ibadah) dan tauhid al-ummah (penyatuan umat) menuju pembentukan khaira ummah (umat terbaik) yang selalu tampil membela dan melayani kepentingan umat manusia.
Kedua, aktivitas dakwah diorientasikan kepada terwujudnya visi Muhammadiyah; Secara garis besar, masyarakat Islam yang dicita-citakan oleh Muhammadiyah mempunyai beberapa karekteristik sebagai berikut:
·     Pertama, saling mengingatkan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian umat.
·     Kedua, peduli dan saling memberdayakan (jasad dan bunyân).
·     Ketiga, mempunyai sikap welas asih, tidak keras kepala, pemaaf, mempunyai dan mengembangkan tradisi syura dalam menyelesaikan berbagai masalah dan melibatkan Allah dalam segala aktivitas dengan keyakinan Allah akan memberikan yang terbaik dan termaslahat QS. Ali ‘Imran, 3:159 dan 191).
·     Keempat, berjiwa ‘izzah (pede) terhadap siapaun, termasuk yang tidak seaqidah dan mengaitkan segala aktivitasnya dalam kerangka perwujudan mencari ridha dan ekepresi cinta kepada Allah dan rasul-Nya (QS. Al-Maidah, 5: 54).
·     Kelima, berpaham keagamaan moderat dan dapat memberikan teladan; tidak ke kiri dan tidak pula ke kanan; tidak kaku dan tidak pula permisif dalam menjalankan syariah (QS. al-Baqarah, 2: 143 dan QS al-Fatihah, 1: 6-7). Semangat keberagmaannya adalah kepasrahan dan siap diatur oleh Islam (QS al-Baqarah,  2: 128).
·     Keenam, dalam memahami agama juga mencerminkan pandangan tengah; ada integrasi antara tekstualitas, kontekstualitas dan historisitas.
·     Dan ketujuh, pandangannya terhadap kehidupan dunia mencerminkan sikap tengahan.
Kehidupn dunia sebagaimana dalam QS. An-Naml, 27: 77, dipahami bersifat integratif; Kebahagiaan hidup di akhirat hanya dapat diwujudkan dengan fasilitas yang ditawarkan oleh kehidupan di dunia. Dunia tempat menanam dan akhirat tempat segala yang ditanam di dunia dipanen. Tidak ada sikap tenggelam dalam kenikmatan materi dengan mengabaikan kehidupan spiritual. Sebaliknya, tidak ada sikap hanya tenggelam dalam kehidupan spiritual dengan mengabaikan kehidupan dunia.

C. Model dan Strategi Dakwah
Untuk kepentingan dakwah ke depan, di samping secara terus menerus mengoptimalkan aktivitas yang sudah ada, beberapa pilihan dapat dilakukan Muhammadiyah untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah.
Pertama, melakukan revitalisasi keluarga. QS al-Hasyr, 66: 7 menegaskan keharusan memelihara dan menjaga diri dan keluarga. Artinya, perintah untuk melakukan revitalisasi dakwah secara terus menerus dan berkelanjutan dari diri dan keluarga. Keluarga, sebagimana dipandukan dalam Pedoman Hidup Islami Muhammadiyah, difungsikan sebagai (1) media sosialisasi nilai-nilai ajaran Islam (2) kaderisasi; sebagai pelansung dan penyempurna gerakan da’wah, (3)  sebagai media pemberian keteladanan dan pembiasaan amal Islami, dan (4)  media penciptaan suasa dan kehidupan islami dalam bentuk membangun pergaulan yang saling-mengasihi, menyayangi, saling-menghargai danmenghormati, memelihara persamaan hak dan kewajiban.
Kedua, optimasi mesin persyarikatan dalam bentuk pemberdayaan ranting dan amal usaha secara maksimal sebagai media dakwah. Pimpinan persyarikatan dan pimpinan amal usaha baik bidang pendidikan, kesehatan dan sosial secara aktif dan sungguh-sungguh berkerja sama mengefektifkan gerakan dakwah di ranting dan amal usaha.
Ketiga, sebagai telah diungkapkan di atas tentang kedahsyatan pengaruh media elektronik dan teknologi informasi dalam membentuk pola pikir dan prilaku masyarakat, merupakan keniscayaan dakwah Muhammadiyah memanfaatkan media elektronik dan teknologi informasi. Saatnya Muhammadiyah mulai berdakwah melalui dunia maya sumpama lewat facebook, blog dan lain-lain. Dalam pemanfaatan media elektronik, mungkin Muhammadiyah dapat mengambil bagian dalam mengisi acara tertentu di televisi lokal yang pada masa mendatang akan banyak dikembangkan.\
Keempat, menjadikan maal sebagai objek dakwah. Munculnya mal baru sesungguhnya memberikan peluang untuk berdakwah, sekurang-kurangnya untuk membantu pengunjung maal melaksanakan shalat jum’at. Bagi Muhammadiyah, ini merupakan lahan dakwah yang relatif strategis. Di antara jama’ah, ada berasal dari kalangan menengah atas. Dari mereka dapat dikembangkan jaringan di kalangan masyarakat menengah atas yang belakangan banyak dikuasai oleh kelompok lain.
Kelima, melakukan sinergi dengan berbagai majlis dan lembaga di lingkungan Muhammadiyah. Sebenarnya Muhammadiyah mempunyai obyek dakwah yang tidak pernah kering. Mereka datang ke Muhammadiyah, baik ketika sakit yang ditampung oleh balai pengobatan Muhammadiyah, atau sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah. Selama ini, mereka belum secara maksimal dijadikan sebagai obyek dakwah betapapun Muhammadiyah telah menegaskan semua amal usaha yang dimiliki adalah media dakwah Muhammadiyah. Sinergi dengan berbagai majlis dan lembaga dapat membantu terselenggaranya aktivitas dakwah secara maksimal.

Yogya, 14 Romadhon 1434


Disarikan dari:
Abd. Fattah Wibisono,. dalam http://z4lf4.wordpress.com/2010/01/10/model-dan-strategi-dakwah-muhammadiyah-dalam-pembinaan-ummat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar