Translate

Rabu, 02 Januari 2013

mewirausahakan organisasi


MEWIRAUSAHAKAN ORGANISASI BERKINERJA TINGGI

Oleh: Wahyu Purhantara



A.    Mendinamisasikan semangat wirausaha
Organisasi tidak akan serta merta mampu mendinamisir dirinya tanpa adanya suatu ruh yang hidup di dalamnya. Ruh dinamisasi ini sangat ditopang budaya dan jiwa organisasi dan orang-orang yang berada di dalamnya. Dinamisasi organisasi atau perusahaan sangat bergantung pada tingkat responsivitas dirinya terhadap perubahan eksternal, seperti perubahan dan peningkatan kebutuhan pelanggan, perkembangan ilmu dan teknologi, perubahan ekonomi makro dan global, dll.
Perubahan-perubahan ini adalah suatu fakta yang harus direspon oleh organisasi perusahaan. Sebab perubahan tidak mungkin dihindari. Perusahaan yang dinamis adalah perusahaan yang mampu menjawab perubahan, karena itulah perubahan dapat bermakna sebagai peluang dan sekaligus sebagai ancaman. Apabila perusahaan tidak mampu menghadapinya, maka perubahan akan menjadi ancaman bagi keberadaan perusahaan. Dan sebaliknya, jika perusahaan senantiasa mengedepankan semangat entrepreneur maka perubahan dapat dijadikan peluang olehnya. Oleh karenanya, semangat entrepreneur harus menyatu dan menjadi ruh bagi perusahaan agar dirinya mampu memanfaatkan perubahan sebagai suatu keuntungan.
Langkah pertama yang harus ditempuh oleh organisasi atau perusahaan untuk mendinamisasikan semangat entrepreneur adalah menghidupkan semangat intrapreneur (entrepreneur dalam perusahaan). Perusahaan membuka peluang kepada semua karyawannya untuk bebas melakukan kreativitas. Kreativitas karyawan harus dihargai dan dilindungi. Secara aplikatif, mereka yang memiliki kelebihan kreativitas di dalam produksi dan inovasi layanan atau terobosan lain wajib diberi peluang dan dibiayai oleh perusahaan. Dari mereka inilah perusahaan akan memunculkan keunggulan kompetitif dan sekaligus merespon perubahan zaman.
Langkah kedua, Zimmerer dan Scarborough (2003) memberikan solusi langkah terbaik untuk mewirausahakan organisasi. Mereka berpendapat bahwa dorongan kreativitas muncul dari perubahan pasar. Untuk itu, organisasi atau perusahaan melakukan upaya:
a.       Mendidik semua SDM dengan prinsip customer oriented. Proses ini dijalani untuk mengetahui: mengapa pelanggan mau melakukan pembelian produk/ jasa, masalah apa yang mereka munculkan atas produk/ jasa, apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan mereka, apakah pelanggan selama ini merasa dipuaskan, mengapa mereka setia dan loyal terhadap produk/ jasa kita, dan lain-lain.
b.      Mendidik semua SDM tentang pentingnya nilai kemajuan/ perbaikan pada suatu produk, pemasaran, dan proses distribusi dari perusahaan sampai ke tangan pelanggan. Perbaikan ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya kompetitif perusahaan dengan mengacu pada perubahan yang terjadi di tingkat bisnis.Competitive oriented merpakan suatu langkah organisasi atau perusahaan untuk selalu berupaya berbuat yang lebih baik, karena pesaing akan senantiasa mencari kelemahan-kelemahan organisasi.
c.       Menciptakan lingkungan organisasi atau perusahaan yang kondusif, yaitu lingkungan yang membantu perkembangan ide-ide baru dan dorongan kepada SDM untuk mengedepankan ide-ide. Lingkungan kondusif untuk mengembangkan ide dan komunikasi antar SDM yang terbuka sengaja diciptakan dan menjadi ruh organisasi untuk lebih maju dan berkembang. Tidak ada super hero dalam satu wadah organisasi, sehingga hanya dia yang boleh berinisiatif dan berkreativitas. Semua pihak ikut berfikir dan berperilaku positif untuk mengembangkan ide-idenya.
Sebagai langkah yang kongrit dan relevan, disamping harus adanya seorang pemimpin yang memiliki visi dan teknik yang brilian untuk mengatasi suatu permasalaan, selayaknya organisasi juga harus bisa mewirausahakan dirinya dengan cara sebagai berikut : (Menurut Osborne and Gaebler, 1996)
1.    Steering rather than rowing. Organisasi sebaiknya menjadi pengarah dan penggerak ketimbang hanya menjadi pelaksana kegiatan itu sendiri.
2.    Empowering rather than serving. Organisasi sebaiknya lebih dapat memberdayakan pelanggan daripada terus menerus memberikan pelayanan kepada mereka.
3.    Injecting competition into service delivery. Organisasi sebaiknya dapat menyuntikkan semangat kompetisi kedalam tubuh para petugas dan organisasi pelayanannya.
4.    Transformating rule-driven organizations. Organisasi sebaiknya memberikan kebebasan dalam berkreasi, daripada mengaturnya dengan peraturan-peraturan dan petunjuk pelaksanaan yang ketat.
5.    Funding outcomes, not inputs. Strategi pembiayaan lembaga sebaiknya lebih berorientasi kepada hasil (outcomes) yang ingin dicapai, daripada terlalu memfokuskan kepada faktor masukan (inputs).
6.    Meeting the needs of the customer, not the bureaucracy. Organisasi sebaiknya lebih mementingkan terpenuhinya kepuasan penerime pelayanan, klien atau pelanggan (customer), daripada memenuhi kemauan birokrasi.
7.    Earning rather than spending. Organisasi sebaiknya pandai mencari dana dan jangan hanya pandai membelanjakan saja.
8.    Prevention rather than cure. Organisasi sebaiknya mampu bertindak untuk mencegah masalah, daripada hanya menanggulanginya.
9.    From hierarchy to participation and teamwork. Organisasi sebaiknya mampu menggeser pola kerja hierarki yang dianutnya ke model kerja partisipatif dan kerjasama.
10.     Leveraging change through the market. Organisasi sebaiknya berorientasi kepada pasar, dan mampu melakukan perubahan melalui penguasaan terhadap mekanisme pasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar