Syahadatain dan Kandungan di Dalamnya
Oleh: Wahyu Purhantara
Kalimat syahadat terdiri dari Laa
Ilaaha Illallah dan Muhammadun Rasulullah. Memahami keduanya sangat penting dan
mendasar. Karena jika kita tak memahami hakikat kalimat syahadah, kita dapat
terjerembab ke dalam penyakit kebodohan dan kemusyrikan.
Di dalam kalimah syahadah, kita mengenal
kalimat Laa Ilaaha Illallah adalah sepenggal kalimah yang diangkat sebuah
kalimat dalam surat Muhammad:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ
Maka ketahuilah, sesungguhnya tidak
ada Tuhan melainkan Allah…..
(QS. Muhammad: 19)
Syahadatain merupakan fondasi atau
asas dari bangunan keislaman seorang muslim. Jika fondasinya tidak kuat maka
rumahnya pun tidak akan kuat bertahan.
Ayat di atas, menjelaskan bahwa umat
Islam tidak dibenarkan hanya sekadar mengucapkan atau melafalkan dua kalimat
syahadah, tetapi seharusnya betul-betul memahaminya. Kata fa’lam berarti “maka
ketahuilah, ilmuilah….” Artinya Allah memerintahkan untuk mengilmui atau
memahami kalimat Laa Ilaaha Illallah bukan sekadar mengucapkannya, tetapi
dengan yang pada gilirannya akan membentuk keyakinan (i’tiqad) dalam hati.
Pentingnya Syahadatain
Kalimat syahadah sangat penting
dipahami karena beberapa hal:
1. Pintu gerbang masuk ke dalam
Islam (madkholu ilal Islam)
Qs 2:108
Islam ibarat rumah atau bangunan
atau sistem hidup yang menyeluruh, dan Allah memerintahkan setiap muslim untuk
masuk secara kaaffah. Untuk memasukinya akan melalui sebuah pintu gerbang,
yaitu syahadatain. Hal ini berlaku baik bagi kaum muslimin atau non muslim.
Artinya, pemahaman Islam yang benar dimulai dari pemahaman kalimat itu.
Pemahaman yang benar atas kedua kalimat ini mengantarkan manusia ke pemahaman
akan hakikat ketuhanan (rububiyah) yang benar juga. Mengimani bahwa Allah-lah
Robb semesta alam.
2. Intisari doktrin Islam (Khulashah
ta’aliimil Islam)
Intisari ajaran Islam terdapat dalam
dua kalimat syahadah. Asyhadu allaa ilaaha illallah (Aku bersaksi: sesungguhnya
tidak ada Ilaah selain Allah) dan asyhadu anna muhammadan rasulullah (Aku
bersaksi: sesungguhnya Muhammad Rasul Allah). Pertama, kalimat syahadatain
merupakan pernyataan proklamasi kemerdekaan seorang hamba bahwa ibadah itu
hanya milik dan untuk Allah semata (Laa ma’buda illallah), baik secara pribadi
maupun kolektif (berjamaah). Kemerdekaan yang bermakna membebaskan dari segala
bentuk kemusyrikan, kekafiran dan api neraka. Kita tidak mengabdi kepada
bangsa, negara, wanita, harta, perut, melainkan Allah-lah yang disembah
(al-ma’bud). Para ulama menyimpulkan kalimat ini dengan istilah Laa ilaaha
illallah ‘alaiha nahnu; “di atas prinsip kalimat laa ilaaha illallah itulah
kita hidup, kita mati dan akan dibangkitkan”. Rasulullah juga bersabda
“Sebaik-baik perkataan, aku dan Nabi-nabi sebelumku adalah Laa ilaaha illallah”
(Hadist). Maka sering mengulang kalimat ini sebagai dzikir yang diresapi dengan
pemahaman yang benar ¾ bukan hanya melisankan ¾ adalah sebuah keutamaan yang
dapat meningkatkan keimanan. Keimanan yang kuat, membuat hamba menyikapi semua
perintah Allah dengan mudah. Sebaliknya, perintah Allah akan selalu terasa
berat di saat iman kita melemah. Kalimat syahadatain juga akan membuat keimanan
menjadi bersih dan murni, ibarat air yang suci. Allah akan memberikan dua
keuntungan bagi mereka yang beriman dengan bersih, yaitu hidup aman atau
tenteram dan mendapat petunjuk dari Allah. Sebagaimana Dia berfirman dalam
Al-Qur’an:
“Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang
yang mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan
petunjuk” (Al-An’am: 82).
Kedua, kita bersaksi bahwa Muhammad
adalah utusan Allah, berarti kita seharusnya meneladani Rasulullah dalam
beribadah kepada Allah. Karena beliau adalah orang yang paling mengerti cara
(kaifiyat) beribadah kepada-Nya. Sebagaimana disabdakan Nabi SAW:
“Shalatlah kamu sebagaimana kamu
melihat aku shalat…”.
Selanjutnya hal ini berlaku untuk
semua aspek ibadah di dalam Islam.
3. Dasar-dasar Perubahan (Asasul
inqilaab)
Perubahan yang dimaksud adalah
perubahan mendasar dalam kehidupan manusia, yaitu perubahan dari kegelapan
(jahiliyah) menuju cahaya (Islam); minazh zhuluumati ilan nuur. Perubahan yang
dimaksud mencakup aspek keyakinan, pemikiran, dan hidupnya secara keseluruhan,
baik secara individu maupun masyarakat. Secara individu, berubah dari ahli
maksiat menjadi ahli ibadah yang taqwa; dari bodoh menjadi pandai; dari kufur
menjadi beriman, dan seterusnya. Secara masyarakat, di bidang ibadah, merubah penyembahan
komunal berbagai berhala menjadi menyembah kepada Allah saja. Dalam bidang
ekonomi, merubah perekonomian riba menjadi sistem Islam tanpa riba, dan begitu
seterusnya di semua bidang. Syahadatain mampu merubah manusia, sebagaimana ia
telah merubah masyarakat di masa Rasulullah dan para sahabat terdahulu. Diawali
dengan memahami syahadatain dengan benar dan mengajak manusia meninggalkan
kejahiliyahan dalam semua aspeknya kepada nilai-nilai Islam yang utuh.
4. Hakikat Dakwah para Rasul
(Haqiqatud Da’watir Rasul)
Para nabi, sejak Adam a.s sampai
Muhammad saw, berdakwah dengan misi yang sama, mengajak manusia pada doktrin
dan ajaran yang sama yaitu untuk beribadah kepada Allah saja dan meninggalkan
Thogut. Itu merupakan inti yang sama dengan kalimat syahadatain, bahwa tiada
Ilaah selain Allah semata. Seperti difirmankan Allah SWT:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus
rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja) dan jauhi
thagut itu” (QS 16:36)
5. Keutamaan yang Besar (Fadhaailul
‘Azhim)
Kalimat syahadatain, jika
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, menjanjikan keutamaan yang besar.
Keutamaan itu dapat berupa moral maupun material; kebahagiaan di dunia juga di
akhirat; mendapatkan jaminan surga serta dihindarkan dari panasnya neraka.
Disarikan dari: dakwatuna 22/12/06 | 13:21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar