Shiroh Nabawiyah
KISAH PERANG BADAR
Oleh: Wahyu Purhantara
Perang
Badar terjadi pada 7 Ramadhan, dua tahun setelah hijrah. Ini adalah peperangan
pertama yang mana kaum Muslim (Muslimin) mendapat kemenangan terhadap kaum
Kafir dan merupakan peperangan yang sangat terkenal karena beberapa kejadian
yang ajaib terjadi dalam peperangan tersebut. Rasulullah Shallalaahu 'alayhi wa
sallam telah memberikan semangat kepada Muslimin untuk menghadang khafilah suku
Quraish yang akan kembali ke Mekkah dari Syam. Muslimin keluar dengan 300 lebih
tentara tidak ada niat untuk menghadapi khafilah dagang yang hanya terdiri dari
40 lelaki, tidak berniat untuk menyerang tetapi hanya untuk menunjuk kekuatan
terhadap mereka. Khafilah dagang itu lolos, tetapi Abu Sufyan telah menghantar
pesan kepada kaumnya suku Quraish untuk datang dan menyelamatkannya. Kaum
Quraish maju dengan pasukan besar yang terdiri dari 1000 lelaki, 600 pakaian
perang, 100 ekor kuda, dan 700 ekor unta, dan persediaan makanan mewah yang
cukup untuk beberapa hari.
Kafir Quraish ingin menjadikan peperangan ini sebagai
kemenangan bagi mereka yang akan meletakkan rasa takut di dalam hati seluruh
kaum bangsa Arab. Mereka hendak menghancurkan Muslimin dan mendapatkan
keagungan dan kehebatan. Banyangkan, pasukan Muslimin dengan jumlah tentara
yang kecil (termasuk 2 ekor kuda), keluar dengan niat mereka hanya untuk
menghadang 40 lelaki yang tidak bersenjata akan tetapi harus menghadapi pasukan
yang dipersiapkan dengan baik -3 kali- dari jumlah mereka. Rasulullah SAW
dengan mudah meminta mereka Muslimin untuk perang dan mereka tidak akan
menolak, akan tetapi, beliau SAW ingin menekankan kepada pengikutnya bahwa
mereka harus mempertahankan keyakinan dan keimanan dan untuk menjadi pelajaran
bagi kita. Beliau SAW mengumpulkan para sahabatnya untuk mengadakan musyawarah.
Banyak di antara sahabat Muhajirin yang memberikan usulan, dengan menggunakan
kata-kata yang baik untuk menerangkan dedikasi mereka. Tetapi ada seorang
sahabat yaitu Miqdad bin Al-Aswad ra., dia berdiri dihadapan mereka yang masih
merasa takut dan berkata kepada Rasulullah SAW,
"Ya Rasulullah (SAW)!, Kami tidak akan mengatakan
kepadamu seperti apa yang dikatakan oleh bani Israel kepada Musa (AS),
'Pergilah kamu bersama Tuhanmu, kami duduk (menunggu) di sini'( Dalam surah
Al-Maidah). Pergilah bersama dengan keberkahan Allah dan kami akan bersama
dengan mu !".
Rasulullah SAW merasa sangat suka, akan tetapi Rasulullah hanya diam, beliau menunggu dan beberapa orang dari sahabat dapat mengetahui keinginan Beliau SAW. Sejauh ini hanya sahabat Muhajirin yang telah menyatakan kesungguhan mereka, akan tetapi Beliau menuggu para sahabat Anshor yang sebagian besar tidak hadir dalam baiat 'Aqaabah untuk turut serta dalam berperang melawan kekuatan musuh bersama-sama Rasulullah SAW di luar kawasan mereka. Maka, pemimpin besar sahabat Anshor, Sa'ad bin Muadh angkat bicara, "Ya Rasulullah (SAW) mungkin yang engkau maksudkan adalah kami". Rasulullah SAW menyetujuinya. S'ad kemudian menyampaikan pidatonya yang sangat indah yang mana dia berkata,
"Wahai utusan Allah, kami telah mempercayai bahwa
engkau berkata benar, Kami telah memberikan kepadamu kesetiaan kami untuk
mendengar dan thaat kepadamu... Demi ALlah, Dia yang telah mengutusmu dengan
kebenaran, jika engkau memasuki laut, kami akan ikut memasukinya bersamamu dan
tidaka ada seorangpun dari kami yang akan tertinggal di belakang...
Mudah-mudahan Allah akan menunjukkan kepadamu yang mana tindakan kami akan
menyukakan mu. Maka Majulah bersama-sama kami, letakkan kepercayaan kami di
dalam keberkahan Allah".
Rasulullah sangat menyukai apa yang disampaikan dan
kemudian beluai bersabda, "Majulah ke depan dan yakinlah yang Allah telah
menjajikan kepadaku satu dari keduanya (khafilah dagang atau perang), dan demi
Allah, seolah olah aku telah dapat melihat pasukan musuh terbaring kalah".
Pasukan Muslimin bergerak maju dan kemudian berhenti sejenak di tempat yang
berdekatan dengan Badar (tempat paling dekat ke Madinah yang berada di utara
Mekkah). Seorang sahabat bernama, Al-Hubab bin Mundhir ra., bertanya kepada
Rasulullah SAW, " Apakah ALlah mewahyukan kepadamu untuk memilih tempat
ini atau ianya strategi perang hasil keputusan musyawarah?". Rasulullah
SAW bersabda, "Ini adalah hasil strategi perang dan keputusan
musyawarah". Maka Al-Hubab telah mengusulkan kembali kepada Rasulullah SAW
agar pasukan Muslimin sebaiknya bermarkas lebih ke selatan tempat yang paling
dekat dengan sumber air, kemudian membuat kolam persediaan air untuk mereka dan
menghancurkan sumber air yang lain sehingga dapat menghalang orang kafir
Quraish dari mendapatkan air. Rasulullah SAW menyetujui usulan tersebut dan
melaksanakannya [*]. Kemudian Sa'ad bin Muadh mengusulkan untuk membangun
benteng untuk Rasulullah SAW untuk melindungi beliau dan sebagai markas bagi
pasukan Muslimin. Rasulullah SAW dan Abu Bakar ra. tinggal di dalam benteng
sementara Sa'ad bin Muadh dan sekumpulan lelaki menjaganya.
Rasulullah SAW telah menghabiskan sepanjang-panjang
malam dengan berdoa dan beribadah walaupun beliau SAWmengetahui bahwa Allah
ta'ala telah menjanjikannya kemenangan. Ianya melebihi cintanya dan
penghambaannya dan penyerahandiri kepada Allah ta'ala dengan ibadah yang Beliau
SAW kerjakan. Dan ianya telah dikatakan sebagai bentuk tertinggi dari ibadah
yang dikenal sebagai 'ainul yaqiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar