PERSIAPAN MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Oleh: Wahyu Purhantara
Persiapan
Menyambut puasa Ramadhan Bulan Penuh Berkah dan ampunan. Ramadhan merupakan
bulan penuh berkah, bulan yang penuh berkah dari berbagai sisi kebaikan. Sebab
itu, umat Islam hendaklah mengambil keberkahan Ramadhan dari berbagai aktifitas
positip dan bisa memajukan Islam dan pemeluk Islam. Meliputi dari sisi ekonomi,
sosial, peradaban, budaya, dan pemberdayaan umat manusia. Namun demikian semua
kegiatan yang positip itu tidak harus mengganggu kekhusuan dalam ibadah
ramadhan terutama di sepuluh hari terakhir puasa bulan Ramadhan.
Rasulullah
SAW. menjadikan bulan puasa ramadhan sebagai bulan yang penuh aktivitas dan
amaliah positif. Selain yang telah dijelaskan seperti tersebut di atas, beliau
juga aktip melakukan aktifitas sosial kemasyarakatan.
- Persiapan Mental (ruhiyah). Persiapan mental untuk menjalankan ibadah puasa dan ibadah terkait lainnya sangatlah penting. Apalagi pada menjelang 10 hari hari terakhir, karena ajakan keluarga yang menginginkan belanja mempersiapkan hari raya Idul Fitri, pulang kampung, beli pakaian dll, sangat mempengaruhi umat Islam dalam menunaikan kekhusuan ibadah puasa Ramadhan. Kesuksesan ibadah bulan Ramadhan seorang muslim bisa dilihat dari akhirnya. Jika akhir bulan Ramadhan diisi dengan i’tikaf dan taqarrub yang lainnya, maka insya Allah dia termasuk yg berhasil dan sukses dalam menjalankan ibadah Ramadhan. Persiapan ruhiyah (spiritual) Persiapan ruhiyah dapat dilaksanakan dengan meningkatkan ibadah, seperti memperbanyak membaca AlQuran saum sunnah, berdzikir, berdo’a dll. Dalam hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah SAW. memberi contoh kepada umatnya yaitu dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA. berkata:” Saya tidak melihat Rasulullah SAW. menyempurnakan puasanya, kecuali pada bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim).
- Persiapan fikriyah. Persiapan fikriyah atau akal dilakukan dengan mendalami ilmu, khususnya ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Banyak orang yang berpuasa tidak menghasilan kecuali lapar dan dahaga. Hal ini dilakukan karena puasanya tidak dilandasi dengan ilmu yang cukup. Seorang yang beramal tanpa ilmu, maka tidak menghasilkan kecuali kesia-siaan belaka.
- Persiapan Fisik dan Materi Seorang muslim tidak akan mampu atau berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Oleh karena itu mereka dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Rasulullah mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa di bawah ini :
•
Menyikat
gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).
•
Berobat
seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan
Muslim.
•
Memperhatikan
penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud ra, agar memulai puasa dengan penampilan
baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR. Al-Haitsami).
Sarana
penunjang yang lain yang harus disiapkan adalah materi yang halal untuk bekal
ibadah Ramadhan. Idealnya seorang muslim telah menabung selama 11 bulan sebagai
bekal ibadah Ramadhan. Sehingga ketika datang Ramadhan, dia dapat beribadah
secara khusu’ dan tidak berlebihan atau ngoyo dalam mencari harta atau kegiatan
lain yang mengganggu kekhusu’an ibadah Ramadhan. Bulan yang penuh berkah ini
dijadikan sebagai bulan prestasi ibadah (syahrul
ibadah), bulan pentaubatan (syahrut
taubah), bulan pendidikan (syahrut tarbiyah),
bulan mawas diri (syahrul muhasabah).
Merencanakan
Peningkatan Prestasi Ibadah (Syahrul
Ibadah). Ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun harus meningkat. Tahun depan
harus lebih baik dari tahun ini, dan tahun ini harus lebih baik dari tahun
lalu. Ibadah Ramadhan yang kita lakukan harus dapat merubah dan memberikan
output yang positif. Perubahan pribadi, perubahan keluarga, perubahan
masyarakat dan perubahan sebuah bangsa. Allah SWT berfirman :
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri" (QS AR- Ra’du 11).
Diantara bentuk-bentuk peningkatan amal Ibadah seorang muslim di bulan
Ramadhan, misalnya; peningkatan, ibadah puasa, peningkatan dalam tilawah
Al-Qur’an, hafalan, pemahaman dan pengamalan. Peningkatan dalam aktifitas
sosial, seperti: infak, memberi makan kepada tetangga dan fakir-miskin,
santunan terhadap anak yatim, beasiswa terhadap siswa yang membutuhkan dan
meringankan beban umat Islam. Juga merencanakan untuk mengurangi pola hidup
konsumtif dan memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya, kecuali
kepada pedagang dan produksi negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan yang
sulit (haraj).
Menjadikan Ramadhan
sebagai Syahrut Taubah (Bulan Taubat)
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana syetan dibelenggu, hawa nafsu dikendalikan
dengan puasa, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka. Sehingga bulan
Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat dan memulai hidup
baru dengan langkah baru yang lebih Islami. Taubat berarti meninggalkan
kemaksiatan, dosa dan kesalahan serta kembali kepada kebenaran. Atau kembalinya
hamba kepada Allah SWT, meninggalkan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang
yang sesat. Taubat bukan hanya terkait dengan meninggalkan kemaksiatan, tetapi
juga terkait dengan pelaksanaan perintah Allah. Orang yang bertaubat masuk
kelompok yang beruntung. Allah SWT. berfirman: “Dan bertaubatlah kamu sekalian
kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS An-Nuur
31). Oleh karena itu, di bulan bulan Ramadhan orang-orang beriman harus
memperbanyak istighfar dan taubah kepada Allah SWT. Mengakui kesalahan dan
meminta ma’af kepada sesama manusia yang dizhaliminya serta mengembalikan
hak-hak mereka. Taubah dan istighfar menjadi syarat utama untuk mendapat
maghfiroh (ampunan), rahmat dan karunia Allah SWT. “Dan (dia berkata): “Hai
kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia
menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan
kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS Hud
52).
Menjadikan bulan
Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah,
Da’wah Bulan Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para da’i dan
ulama untuk melakukan da’wah dan tarbiyah. Terus melakukan gerakan reformasi (harakatul ishlah). Membuka pintu-pintu
hidayah dan menebar kasih sayang bagi sesama. Meningkatkan kepekaan untuk
menolak kezhaliman dan kemaksiatan. Menyebarkan syiar Islam dan meramaikan
masjid dengan aktifitas ta’lim, kajian kitab, diskusi, ceramah dll, sampai
terwujud perubahan-perubahan yang esensial dan positif dalam berbagai bidang
kehidupan. Ramadhan bukan bulan istirahat yang menyebabkan mesin-mesin kebaikan
berhenti bekerja, tetapi momentum tahunan terbesar untuk segala jenis kebaikan,
sehingga kebaikan itulah yang dominan atas keburukan. Dan dominasi kebaikan
bukan hanya dibulan Ramadhan, tetapi juga diluar Ramadhan.
Menjadikan Ramadhan
sebagai Syahrul Muhasabah (Bulan
Evaluasi). Dan terakhir, semua ibadah Ramadhan yang telah dilakukan tidak boleh
lepas dari muhasabah atau evaluasi. Muhasabah terhadap langkah-langkah yang
telah kita perbuat dengan senantiasa menajamkan mata hati (bashirah), sehingga
kita tidak menjadi orang/kelompok yang selalu mencari-cari kesalahan
orang/kelompok lain tanpa mau bergeser dari perbuatan kita sendiri yang mungkin
jelas kesalahannya. Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal
shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat
beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia
yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera. Dan itu baru akan
terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada
Syariat Allah.
Referensi: http://molidaanggorokasih.blogspot.com/2013/01/html.