Translate

Selasa, 22 Januari 2013

Soal Kasus Manajemen Strategik



SOAL KASUS MANAJEMEN STRATEGIK
Oleh: Wahyu Purhantara

CERMATI KASUS BERIKUT INI:

Analisa Efektivitas Strategi Produk Telkom Speedy
Hal menarik dari jasa akses internet broadband Speedy milik Telkom ini, terletak pada varian paket layanan yang ditawarkan ke konsumen beserta tingkat harganya yang jadi lebih beragam. Pada saat ini, Speedy di tawarkan oleh Telkom dengan rentang harga dan kualitas yang cukup lebar, dengan menggunakan uses sebagai basis offeringnya. Ini adalah kreativitas baru, dimana sebelumnya differensiasi layanan biasanya didasarkan pada user type. Namun intinya, perusahaan ingin melayani konsumen dari mulai yang terendah sampai dengan yang tertinggi. Ini adalah menebar jala yang diharapkan dapat menangkap berbagai ukuran ikan. Buat yang terbatas anggarannya, dapat mencoba paket mail sedangkan yang punya dana besar dapat menggunakan paket biz.
Pertanyaannya adalah apakah strategi product proliferation (dimana produk dibuat berkembang biak menjadi lebih banyak) ini cukup efektif untuk meningkatkan revenue dan pertumbuhan Telkom yang sudah mulai redup? Efektivitas strategi tidak hanya tergantung pada substansi, profil, dan kontur dari strateginya, namun dipengaruhi juga oleh magnituge dan timing dalam mengeksekusinya. Strategi yang bagus secara substansi, belum tentu berhasil jika dieksekusi pada waktu dan tempat yang salah. Dengan kata lain, efektivitas strategi akan sangat tergantung pada momentumnya. Apabila momentumnya tepat, maka kinerja strategi dijamin akan maksimal. Dalam kasus speedy, saya menduga bahwa, gempuran speedy ke pasar jasa akses internet ini sudah kehilangan momentum! Khususnya untuk masuk ke pasar individual.
Momentum masuk ke pasar sangat ditentukan oleh mood (suasana hati konsumen) yang terjadi dipasar. Jika mood pasar baik, maka tingkat penerimaan (market acceptance) terhadap produk akan bagus. Namun jika mood pasar sedang jelek, maka produk tidak akan dapat mendarat mulus di hati konsumen, malah minimal akan dicuekin, kalaupun tidak sampai dicemooh konsumen. Masalahnya, ada beberapa hal yang dapat membuat mood pasar menjadi tidak kondusif untuk memasarkan produk. Apa saja yang mempengaruhi mood konsumen? Setidaknya ada 3 hal yang sangat mempengaruhi mood pasar, antara lain yaitu :
·         Tingkat kepuasan pasar terhadap customer value dari produk eksisting yang ditawarkan perusahaan
·         Tingkat preferensi pasar terhadap produk kompetitor yang muncul belakangan (atau lebih baru), termasuk juga produk substitusinya
·         Tingkat resiko yang akan dihadapi konsumen dari adanya gejolak lingkungan makro, yang dikhawatirkan akan menggerus customer value secar sistematis
Mood pasar pada saat ini sedang tidak kondusif. Oleh karena itu, strategi poliferasi produk Telkom Speedy saat ini, tidak akan berpengaruh banyak pada peningkatan kinerja Telkom, khususnya di wilayah-wilayah dimana pasar disana sudah dimasuki oleh layanan mobile internet access dari operator seluler.

PERTANYAANNYA ADALAH:

  1. Mengapa Speedy melakukan strategi itu? Mengapa Speedy tidak melalukan strategi harga atau strategi diferensiasi?
  2.  Apa yang menjadi kelemahan strategi produk yang dikembangkan oleh Speedy? Telkom terkesan lamban dalam menanggapi persaingan pasar, dan akibatnya telah dialami oleh Speedy, dimana ia dikeroyok oleh pemain-pemain dari produsen lain yang jauh lebih efektif, seperti XL, IM3, EXIS, Smarfren, dll. Mengapa demikian?
  3.  Akibat apa saja (secara strategis) yang telah terjadi dari strategi produk yang diterapkan Speedy? Tolong dukung data-data dan sebutkan sumbernya.
CARA MENGANALISA:

  • ANDA HARUS CARI DATA TENTANG SPEEDY DAN PRODUKNYA
  • CARI DATA PENDUKUNG DARI PROVIDER LAIN YANG SAMA-SAMA BERGERAK DI BIDANG YANG SAMA.
  • JIKA PERLU DIDUKUNG PULA KINERJA KEUANGANNYA, SAHAMNYA, PANGSA PASAR, SURVEI KEPUASAN PELANGGAN, DLL  SEBAGAI BUKTI KEUNGGULAN BERSAING,
  • DATA-DATA INI DIPERGUNAKAN UNTUK MENGANALISA KASUS BISNIS DI ATAS

Orang Kreatif



MENGIDENTIFIKASI SDM YG MEMILIKI KREATIVITAS TINGGI

Oleh: Wahyu Purhantara

Perusahaan-perusahaan atau organisasi sangat tertarik di dalam mengidentifikasi atau mengenali calon-calon karyawan yang secara alami memang mempunyai kreativitas tinggi untuk kemudian ditempatkan dalam bagian penelitian mereka, karena dirasakan mahalanya biaya kalau harus menggaji sejumlah besar doktor. Perusahaan atau organisasi mengharapkan bahwa hukum probabilitas akan menjamin bahwa sekurang-kurangnya beberapa dari mereka akan menghasilkan suatu penemuan yang penting. Seorang editor dari Science pernah mengamati: “Apabila kita menambah doktor, apakah hal ini akan menambah atau justru mengurangi probablitas untuk membantu perkembangan orang-orang jenius? saya menduga bahwa pengembangan kualitas ilmu pengetahuan akhir-akhir ini telah menipis. Peralatan-peralatan penelitian yang digunakan oleh para doktor biasanya hebat; dan sering ide yang dikandung tidak mendalam, lalu bagaimana seseorang dapat mengidentifikasi saeorang ilmuwan yang kreatif?”
Terdapat suatu kesepakatan umum bahwa tingkat intelegensia yang tinggi merupakan suatu prasyarat, meskipun calon yang mempunyai intelegensi tinggi belum tentu merupakan orang yang paling kreatif apabila intelegensi diartikan sebagai kualitas yang diukur dengan tes intelegensi. Adakalanya seorang ilmuwan yang kreatif mungkin tidak dapat dengan baik mengerjakan bagian dari tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan verbal.
Terdapat suatu kesepakatan umum bahwa orang yang kreatif cenderung untuk bersikap tidak mau menuruti norma-norma atau kebiasaan yang ada (non-conformist), tetapi tentunya tidak semua orang yang tidak mematuhi aturan-aturan adalah orang yang kreatif. Di beberapa perusahaan internasional, seperti Toyota Corp, Dells Corp, Hp Corp, Samsung, Sumitomo Corp, dan lain-lain pernah dilakukan suatu percobaan telah dibuat untuk mengembangkan tes untuk kreativitas dan juga untuk membandingkan jawaban yang diberikan oleh orang-orang yang dianggap tidak kreatif. Contohnya dalam suatu kelompok, anggota-anggotanya dimintakan untuk memecahkan suatu masalah yang kompleks. Ternyata orang yang lebih kreatif cenderung untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang lebih banyak mengenai masalah tersebut, sedangkan mereka yang kurang kreatif cenderung untuk menanyakan pertanyaan yang memungkinkabn mereka untuk mengumpulkan informasi-informasi yang sudah mereka miliki.
Bagaimana nampak bahwa kreativitas tidak dapat dinilai berdasarkan tes psikologi. Lebih baik hal itu dinilai dengan prestasi pada masa-masa sebelumnya, sampai pada tingkat sudah didapatkannya fakta-fakta dan berdasarkan  dengan orang yang memahami  bidang yang menjadi  keahlian ilmuwan tersebut.

Mencipatakan suasana yang Tepat
Faktor yang terpenting dalam kreativitas ini adalah bagaimana mengembangkan suatu suasana atau keadaan yang kreativitasnya dapat tumbuh dan berkembang dengan subur dan perusahaan tidak menolak ide-ide baru yang muncul. Suasana yang tepat tidak hanya merangsang setiap orang untuk menggunakan apa pun kreativitas yang dimilikinya. Dalam hal ini juga mempermudah untuk menggaji orang-orang yang secara alami mempunyai kreativitas yang lebih tinggi dari pada orang lain, bagi mereka yang benar-benar kreatif akan ditempatkan pada suatu pekerjaan yang sesuai dengan bakatnya. Tetapi ada kalanya ide-ide baru tersebut ditolak, yaitu apabila dalam organisasi tersebut terdapat  suatu birokrasi yang terlalu tebal.

Rabu, 02 Januari 2013

Inovasi dalam organisasi


INOVASI DALAM ORGANISASI
Oleh: Wahyu Purhantara


        Walaupun di kebanyakan perusahaan atau organisasi membentuk bagian riset dan pengembangan dalam rangka memusatkan kreativitas dan inovasi, namun di dalam kenyataanya ‘’ide besar’’… terletak di jalan; tumbuh atau munculnya ketika seseorang bermimpi atau ketika ia sedang liburan. Inovasi dalam organisasi sering berkisar dalam masalah mengembangkan bagaimana mengkombinasikan kerja yang ada dengan kreativitas yang muncul. 
Inovasi berhubungan dengan kreativitas. Gary Steiner memberi gambaran bahwa kreativitas berhubungan erat dengan dengan pengembangan, usulan dan implementasi solusi-solusi baru yang lebih baik, serta berhubungan pula dengan produktivitas yang merupakan aplikasi efisien solusi-solusi terbaru tersebut (Barry M. Stow, 1991). Pernyataan ini menunjukkan bahwa kreativitas akan memiliki nilai atau lebih bermakna jika diimplementasikan ke dalam bentuk langkah inovasi, yaitu tindakan yang berupa pengembangan, usulan dan implementasi untuk menghasilkan suatu produk atau cara terbaru. Zimmerer dan Scarborough mengartikan inovasi merupakan kemampuan untuk menerapkan solusi-solusi kreatif terhadap masalah-masalah dan peluang-peluang tersebut (2006). Dengan demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa kreativitas memusatkan pada penciptaan ide atau gagasan baru, sedang inovasi adalah melaksanakan ide atau gagasan baru itu yang sifatnya lebih implementatif dalam tindakan.
Banyak ide-ide yang muncul disamping teori-teori yang hebat, namun belum tentu akan bermanfaat. Namaun sering pula terjadi suatu ide yang kedengarannya sederhana, seperti katakanlah perubahan di dalam prosedur kerja, bahan-bahan yang digunakan, atau hal lainnya di dalam kegiatan usaha, justru akan membuahkan hasil yang nantinya dapat tampak dalam laporan rugi laba perusahaan. Banyak pula ide yang hilang, karena ide tersebut tidak pernah sampai pada pihak yang sebenarnya dapat menggunakannya, seperti misalnya ide yang datang dari seorang pekerja yang mungkin tidak pernah ditanggapi oleh manajer tingkat rendah, apalagi menajer tersebut malahan memandang ide pekerja sebagai kritik terhadap cara ataupun prosedur dalam melaksanakan pekerjaan yang dilakukan oleh manajer tersebut.
         Untuk pekerja pelaksana harus adapula sistem untuk memajukan usulan atau ide-ide baru. Dikebanyakan organisasi atau perusahaan, sistem ini sering hanya ada bagi pengawas saja, dan bahkan ada banyak pula sistem untuk memajukan usul atau ide baru hanya berlaku bagi manajer tinggi saja. Keadaan semacam ini tentunya akan membuat suatu ide yang bagus tidak akan pernah sampai pada orang-orang yang sebenarnya memerlukan serta dapat menggunakannya.
         Salah satu ide yang mendorong kreativitas ke arah inovasi perlu dikembangkan dalam dunia usaha atau perusahaan. Salah satu cara adalah bahwa setiap orang dalam organisasi perusahaan dapat menyampaikan atau mengusulkan idenya untuk diterapkan dalam pekerjaan pada bagian masing-masing. Jika ide ini tepat untuk bagiannya, selanjutnya pimpinan bagian riset dan bagian pemasaran, selanjutnya kan mencoba menerapkan ide tersebut. Apabila cocok kemungkinan dapat diterima atau bila tidak cocok harus ditinggalkan ide tersebut.
         Program dan prosedur semacam ini, dapat membantu terpeliharanya iklim kreativitas, memberi semangat pada anggota ataupun manajer untuk tetap memerlukan pikirannya dalam rangka inovasi.

Risiko-risiko Inovasi
Beberapa inovasi yang menguntungkan kadang membutuhkan biaya yang sedikit atau sama sekali tidak membutuhkan biaya untuk mengmebangkannya, dan dapat cepat dilepaskan kembali apabila ternyata tidak dapat direalisasikan. Di pihak lain, umumnya inovasi yang merupakan tindakan inovasi lanjutan yang memerlukan investasi yang lebih besar lagi. Apabila inovasi lanjutan tidak dapat berjalan seperti apa yang diharapkan maka mungkin menyebabkan masalah besar bagi semua pihak yang berhubungan, yaitu bagi mereka yang mengusulkannya dan bagi mereka yang menyetujuinya.
Dengan alasan ini maka banyak manajer yang enggan untuk mengembangkan inovasi atau menganjurkannya pada orang lain. Mereka lebih memilih untuk mencari jalan yang aman dengan hanya melaksanakan pekerjaan seperti apa yang pernah dilakukan sebelumnya, sehingga tidak menanggung risiko dari kegagalan pengembangan inovasi. Tetapi ada satu hal yang tidak disadari oleh mereka, yaitu tidak semua inovasi membawa risiko. Apabila perusahaan mengabaikan inovasi maka mungkin pada akhirnya disingkirkan oleh perusahaan lain yang mau menerima ide-ide baru. Dan seorang manajer yang tidak pernah membuat sesuatu inovasi akan dianggap sebagai orang yang lambat, yang tidak akan pernah dapat dikembangkan. Pada akhirnya ia bahkan akan kehilangan pekerjaannya karena adanya orang-orang baru yang tidak takut untuk  mencoba sesuatu yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Untuk masalah ini, maka Terry mengatakan, bahwa kapasitas dari kebanyakan manajer dan nonmanajer untuk menemukan ide-ide baru dan kemudian menerapkannya dapat menjadi berlipat ganda dalam suatu periode yang pendek, apabila mereka mengembangkan suatu sikap yang membebaskan pikiran mereka dari ikatan mental mengenai pola atau kebiasaan, konformitas, dan kebudayaan. Dan empat hal  utama yang menghambat seseorang untuk menemukan ide-ide adalah:
1.      tidak adanya/kurangnya kepercayaan diri (self-confidence)
2.      takut untuk menghadapi kritikan-kritikan dan kegagalan
3.      bermaksud untuk menyesuaikan diri
4.      tidak cakap untuk berkonsentrasi
            Oleh karena itu, seorang manajer harus dapat mengatasi keempat hal tersebut, sehingga ia dapat mempunyai kemampuan untuk berkreasi dan menggunakan ide-idenya.
            Untuk mengurangi risiko-risiko yang mungkin ditimbulkannya maka dapat digunakan suatu cara yang disebut inovative imitation. Sebuah perusahaan tidak harus mengembangkan dan mengajukan inovasinya sendiri, karena tidak harus mengembangkan dan mengajukan inovasinya sendiri, karena tidak ada perusahaan yang mampu untuk selalu mengembangkan dan mencoba menjadi yang pertama dalam setiap inovasi. Oleh karena itu maka dianjurkan suatu sistem, untuk mengawasi inovasi yang dikembangkan oleh pihak lain, sampai pada saat yang tepat yaitu inovasi tersebut mempunyai kemungkinan besar untuk berhasil dengan baik. Tetapi selama itu, perusahaan juga harus tetap melaksanakan sejuamlah pengembangan di dalam perusahaan untuk sementara, sehingga perusahaan tidak akan terlalu jauh di belakang apabila ternyata inovasi yang dikembangkan oleh pihak lain tersebut akan berhasil. Dengan cara ini perusahaan dapat mengurangi risiko dari pengembangan inovasi.     
            Inovasi sering merupakan suatu proses yang lambat dan menjemukan. Contohnya, suatu ide dasar tunggal yang digunakan dalam suatu rencana mungkin memerlukan suatu studi yang sempurna, penelitian yang sempurna dan pengujian yang lengkap. Lagi pula untuk menerapkan suatu ide dasar biasanya memerlukan banyak ide kecil sebagai tambahan dalam rangka untuk mencapai sukses akhir. Dan juga dibutuhkan orang-orang yang berasal dari bidang yang berbeda-beda dan mempunyai kemampuan yang berbeda-beda sebelum ide baru tersebut digunakan. Untuk membantu dalam mencapai penerimaan suatu ide, ada beberapa butir (point) yang ditetapkan oleh Terry, yaitu:
  1. apakah ide-ide tersebut sudah dibuat secara terperinci dan lengkap?
  2. tuliskan keuntungan-keuntungan yang mungkin dicapai dengan penggunaan ide baru tersebut,
  3. buatlah ide baru tersebut mudah dimengerti dan dipahami oleh setiap orang!.
  4. bicarakan ide baru tersebut dengan beberapa orang untuk melihat kemungkinan terdapatnya kelemahan-kelemahan yang membutuhkan perbaikan!,
  5. sajikan rencana ide yang sudah diperbaharui tersebut pada saat yang tepat.

Bagi organisasi bisnis yang memiliki kedua kunci tersebut, ia tetap dapat bertahan hidup dan memiliki keunggulan tersendiri di dalam persaingan bisnis. Ia akan berani bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar. Menurut Zimmerer dan Scarborough (2003), sekalipun perusahaan kecil tidak mampu melawan perusahaan besar dalam hal pembiayaan, namun ia akan mampu menciptakan keunggulan-keunggulan kompetitif yang efektiv melalui penciptaan dan berinovasi (by outcreating and outinovating them).

Organisasi yg kreativ


MEMBANGUN ORGANISASI YANG KREATIV
Oleh: Wahyu Purhantara

 

Sebuah bisnis diawali dari sebuah ide atau gagasan. Gagasan ini kemudian diimplementasikan dalam bentuk rencana bisinis, yang kemudian diuji kelayakannya. Hasil kelayakan ini akan menunjukkan apakah rencana bisnis ini feasible dan reasonable yang berdampak pada return bagi investor atau justru akan menghabiskan modal. Oleh karenanya, setiap pelaku bisnis akan menghargai suatu ide bisnis, karena ide akan melahirkan sesuatu yang baru; dan sesuatu ini akan berharga di kemudian hari. Menyadari akan hal ini, maka organisasi yang berbasis kewirausahaan akan menjunjung tinggi dan menghargai arti sebuah kreativitas. Organisasi ini akan memfasilitasi ide kreatif dari para karyawannya, mulai dari penyediaan tempat, anggaran, dan fasilitas lain untuk kepentingan uji coba sampai menghasilkan suatu produk baru. Dari sisi manajerial, mulai dari top manajer sampai pada first line managers akan membuka diri dan berupaya menumbuhkembangkan kreativitas dari para karyawannya. Tahapan ini sering disebut tahapan insepsi (Winardi, 2003).

Tahapan kedua adalah tahapan pelaksanaan ide-ide kreatif. Pada tahapan ini, analisis implementatif lebih mendominasi, karena pada tahapan ini gagasan telah dioperasionalisasikan dan dikondisikan pada realitas di lapangan. Pemikiran analisis diperlukan untuk: pertama, mendapatkan umpan balik antara gagasan dengan realitas. Kedua, menciptakan perangkat-perangkat lunak (petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis operasional) agar gagasan dapat direalisasikan secara mudah. Ketiga, untuk mendapatkan gambaran nyata dari pekerjaan yang terkait di dalam gagasan. Untuk kepentingan-kepentingan ini, organisasi yang kreatif akan dikembangkan dalam : pendelegasian wewenang, struktur organisasi, standar kinerja, standar kualitas, pengendalian biaya, dan lain-lain. Kebutuhan pemikiran analitikal ini, menurut Winardi (2003), akan menghasilkan suatu organisasi dimana pekerjaan dilakukan oleh banyak orang yang dikoordinasikan secara efisien.

Zimmerer dan Scarborough (2002) mengusulkan bahwa kreativitas organisasi akan berhasil apabila disalurkan dan diarahkan. Oleh karenanya, kreativitas harus dikelola dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen, sehingga kreativitas sangat bermanfaat untuk menciptakan keunggulan kompetitif. Menyadari akan hal ini, maka kreativitas organisasi adalah suatu keharusan untuk menjaga kelangsungan hidup organisasi bisnis (survival organization).